Test Drive Suzuki XL7 Hybrid, Begini Rasanya Mobil Low SUV Paling Canggih
Kami dengan mudah menghubungkan smartphone ke head unit hanya melalui Bluetooth saat mendengarkan musik. Untuk menghubungkan sistem navigasi, atau GPS secara online bisa melalui aplikasi CarbitLink.
Bukan hanya melihat peta jalan di head unit, kami juga bisa mendengarkan musik secara online, dan mengakses beberapa fitur lain yang ada di aplikasi tersebut. Untuk memudahkan penumpang depan, dan belakang mengisi daya handphone terdapat satu colokan USB, dan port charging berdaya 12 volt di depan, dan belakang.
Fitur baru yang kami rasakan saat di jalan bebas hambatan, XL7 Hybrid bisa berjalan tanpa menekan pedal gas di kecepatan tertentu, berkat fitur cruise control, yang bisa berfungsi saat melaju sekitar 40 km per jam.
Mengingat dimensinya lebih besar dari Rush, atau Terios, Low SUV Suzuki ini menawarkan ruang kaki yang cukup lega untuk penumpang baris kedua, dan ruang kepala sangat luas. Menariknya jok baris kedua bisa reclining.
Terdapat Isofix memudahkan saat bawa anak kecil dengan mengikat kursi tambahan, dan bangku tengah juga bisa dijadikan arm rest. Keseluruhan mobil ini menawarkan banyak penyimpanan, termasuk cup holder.
Untuk buka pintu bagasi belakang masih manual dengan menekan tombol di bagian tengah pintu, ruang bagasinya tergolong luas. Terutama saat bangku baris ketiga dilipat, hanya dengan menarik dua tuas di jok atas.
Sedangkan sistem peredaman di dalam kabin, untuk sekelas Low SUV sudah tergolong baik meski suara dari luar masih agak terdengar, namun putaran roda, dan mesin cukup diminimalisir.
Handling, performa, harga
Pengaturan jok masih manual, begitu juga setir hanya bisa diatur tinggi, dan rendah atau tilt steering, namun tidak masalah untuk mendapatkan posisi berkendara yang nyaman dengan postur tinggi 175 cm.
Mesin K15B yang disuntik teknologi SHVS memberikan tenaga cukup resnponsif dari putaran bawah, meski transmisi matiknya belum CVT. Tenaga yang disalurkan ke roda depan terasa halus, dan manut saat pedal gas diinjak dalam.
Beban kerja enjin berkapasitas 1.500cc itu lebih ringan walaupun AC hidup, karena dibantu ISG atau Integrated Starter Generator yang memberikan tenaga tambahan saat mobil mulai berjalan dari kondisi diam.
Sehingga saat stop and go meninimalisir penggunaan BBM, ditambah adanya fitur engine auto start stop. Mesin akan mati saat mobil berhenti namun pedal rem harus selalu ditekan, baik dalam posisi tuas di D, atau N.
Mesin akan hidup otomatis ketika kaki tidak lagi menekan pedal rem. Sistem kelistrikan di dalam mobil, termasuk head unit, panel instrumen, lampu, e-mirror dan AC tetap hidup saat mesin mati karena listrik dari baterai 10 ampere.
Saat deselerasi atau melepas pedal gas, dan menginjak pedal rem di kecepatan tertentu secara otomatis daya baterai akan terisi. Sedangkan fungsi aki 42 ampere tugasnya hanya untuk menghidupkan ISG.
Dari sisi handling, meski ground clerance 200 mm kami tidak merasakan gejala limbung dengan posisi mobil dihuni tiga orang dewasa. Jarak pijaknya itu membuat kami yakin berjalan di bebatuan, atau permukaan tidak rata.
Jalanan yang cukup rusak kami temui di beberapa titik saat test drive, salah satunya menuju Watu Tapak Camp Hill. Suspensinya tidak terlalu keras, dan tetap empuk melewati jalan rusak, dan tetap rigid di permukaan aspal yang rata.