Test Drive Chery Omoda 5, Bisa Bikin ‘Nyesel’ Pemilik Honda HR-V RS Turbo?
Saat sein hidup, secara otomatis kamera 360 derajat panoramic aktif menampilkan kondisi di luar mobil secara utuh di layar head unit 10,25 inci. Fitur tersebut juga membantu di lahan parkir yang cukup sempit, sehingga kami bisa melihat semua bagian mobil, dan kamera itu mulai aktif ketika mobil mundur, atau posisi tuas transmisi di R.
Lagi-lagi yang bikin kami kagum, ketika turun dari mobil saat kondisi minim cahaya seperti di basement, atau malam hari muncul tulisan Omoda di lantai, atau aspal yang dipancarkan dari spion kanan, dan kiri sebelum terlipat. Karena ketika kami meninggalkan mobil, tanpa perlu menekan tombil kunci di remot smart keyless, dalam jarak beberapa meter terkunci otomatis, dan spion terlihat.
Tidak ada yang istimewa sih di sini. Namun jika kondisi sebaliknya, kami terasa disambut mobil. Karena lampu DRL (daytime running light) LED yang sekaligus sein hidup dari kanan ke kiri, berganti cahaya putih ke kuning, sama dengan lampu belakang, tidak ketinggalan tulisan Omoda muncul, karena spion sudah terbuka.
Handling, Performa, dan Kenyamanan
Posisi berkendara dengan tinggi 175 cm mendapatkan visibilitas baik walaupun sedikit serius, posisinya tetap tinggi ciri kas khas SUV, di mana kap mesin masih bisa terlihat, dan pandangan luas ke kanan, atau ke kiri.
Pengaturan jok sopir juga sudah elektrik, pun dengan penumpang depan, menariknya setir sudah tilt steering, dan telescopic, maka sangat memudahkan pengendara untuk mencari posisi nyaman sesuai posturnya.
Model jok semi bucket yang dibalut bahan semi kulit, tanpa head rest terpisah masih tergolong nyaman, pas di badan. Tapi untuk berpergian jarak jauh sepertinya agak terasa pegal karena busa yang cukup keras.
Omoda 5 dibekali mesin bensin 4 silinder 1.500cc denan induksi turbo yang dapat memuntahkan tenaga 145 dk, dan torsi 230 Nm. Di atas kertas masih lebih bertenaga HR-V Turbo, yaitu 174,5 dk dan torsi 240 Nm.
Meski begitu, kami merasakan putaran bawah mesin SUV buatan brand Tiongkok itu cukup responsif jika menggunakan mode Sport, begitupun memasuki kecepatan tinggi akselerasinya lumayan terasa, namun kami tidak merasakan dorongan tenaga tambahan dari turbo yang dimilikinya.
Ciri khas transmisi matik CVT tentu memberikan raungan mesin yang berlebihan dari putaran bawah, dan tenaga meningkat secara linear, meski memiliki 9-percepatan tidak terasa perpindahan giginya dari bawah sampai atas.
Saat bermanuver di kecepatan tinggi tidak terasa gejala body roll, meski agak sedikit limbung dalam kondisi tertentu. Suspensi memberikan peredaman cukup baik di jalan mulus, tapi dipermukaan tidak rata bantingannya cukup keras.
Berbeda ketika Eco mode kami aktifikan, enjin menjadi kurang responsif. Laju mobil terasa agak berat, meski pedal gas kami injak dalam-dalam.
Sepertinya ECU (Electronic Control Unit) embatasi asupan bahan bakar ke ruang pembakaran, sesuai settingan di TPS (Throttle Position Sensor). Alhasil menjadi lebih irit, namun konsekuensinya tarikan lebih lemot.
Konsumsi BBM, dan kepraktisan
Selama 3 hari menggunakan Omoda 5 kami lebih sering menggunakan mode ECO, dengan kondisi jalan campuran, di dalam kota stop and go, dan lancar jaya di jalan tol dengan kecepatan yang terbilang konstan.
Konsumsi bahan bakar yang kami dapat dengan jarak tempuh 117 kilometer, tanpa penumpang, dan barang bawaan, catatan di layar MID (Multi Information Display) 8,9 liter per 100 km, atau setara 11,2 km per liter.