Seandainya dia bisa membangun hubungan yang lebih baik lagi dengan motornya, maka hal besar menurutnya bakal terjadi. Dia bisa menjelma menjadi pembalap sempurna yang tampil dominan di kompetisi.
“Apabila bisa mempunyai sensasi yang sama dengannya, dikombinasikan dengan hal-hal yang bisa saya lakukan, saya mampunyai peluang. Pada saat ini, saya mungkin belum punya. Akan tetapi, saya bisa berubah. Saat semua lancar, Pecco bagai mesin. Ia mengendarai Ducati dengan cara yang sempurna.”
“Jika Anda berkendara motor dengan cara seperti itu, maka Ducati jadi motor terbaik. Bahkan dalam kualifikasi, ia selalu mampu lebih cepat 0,2-0,3 detik, sementara kami hanya mampu meningkatkan waktu 0,001 detik,” kata dia.