Pengamat otomotif senior sekaligus dosen Institut Teknologi Bandung, Yannes Pasaribu menyebut, strategi pemasaran yang diadopsi pabrikan Amerika Serikat di Indonesia cenderung salah. Sebab, mereka masih memakai cara-cara di negara asalnya untuk beradu sikut di segmen pasar lokal yang inklusif.
“Produk AS kalah berkompetisi di Indonesia karena mereka mencoba berkompetisi dengan strategi global mereka di segmen pasar lokal yang inklusif—yang memiliki warna budaya sendiri. Itulah yang membuat mereka sulit mencapat target keuntungan yang berkesinambungan,” ujarnya saat dihubungi 100KPJ, Rabu 6 November 2019.
“Cara-cara (pemasaran) itu mungkin berhasil saat diterapkan di pasar dunia, terutama Amerika Serikat. Namun hal itu belum tentu berhasil saat melakukan penetrasi di pasar Indonesia,” sambungnya.
Selain alasan tersebut, penyebab utama mengapa merek asal Amerika Serikat sulit bersaing di dalam negeri, ialah karena konsumen Tanah Air sudah kadung percaya dengan produk-produk lansiran Jepang. Terutama, mereka yang membeli kendaraan untuk keperluan operasional.
“Pasar Indonesia secara kultural sudah Japan-minded. Karena menurut saya, hanya negara yang kuat secara ekonomi dan budaya yang mampu membangun cara pandang baru bagi masyarakat Indonesia,” terangnya.