Bermodal itu lah XL7 Hybrid yang kami kendarai dalam kondisi mobil standar pabrikan bisa dengan mudah melewati jalanan hancur, tanpa ada selip sekalipun meski mengandalkan penggerak roda depan.
Mobil yang satu platform dengan Ertiga itu masih cukup aman berjalan di gundukan tanah yang tidak rata, suspensi melakukan tugasnya dengan baik dengan meredam guncangan di kecepatan tinggi sekalipun.
Kami juga merasa heran, Low SUV tersebut bisa setangguh itu, bahkan mini body roll saat melahap tikungan, namun sebagai unsur keselamatan setirnya kami merasa terlalu ringan, hal wajar karena sewajarnya dipakai jalan aspal.
Pada kesempatan kedua, kami mencoba Grand Vitara Hybrid, karena dimensinya lebih kompak dengan jarak poros roda depan ke belakang 2.600 mili meter, dan sektor kaki-kakinya lebih mendukung di jalan semi off road tersebut.
Di dalam kabin berisikan 3 orang, dan SUV kompak itu lebih lincah saat bermanuver di tikungan, namun ketika melesat di kecepatan tinggi melewati gundukan tanah, kami rasa ground clearance 210 mm kurang tinggi.
Bagian bumper bawah sempat terkena gundukan tanah ketika mobil kami ajak melompak, meski tidak terlalu tinggi. Bantingan suspensi MacPherson Strut di depan, dan belakang model Coil Spring cukup baik meredam guncangan.
Ditambah pada sektor kaki-kakinya sudah didukung stabilizer, sehingga handlingnya lebih stabil. Soal dapur pacunya, Grand Vitara Hybrid mengandalkan mesin bensin Dualjet berkode K15C berkapasitas 1.462cc SHVS.