Sementara LFP saat dicuaca dingin menurutnya, misal dalam kondisi salju maka kondisi daya baterai tiba-tiba bisa berkurang. Secara kelebihan, bahan baku baterai dari besi itu hanya harganya yang lebih terjangkau, dan ketersediaannya lebih banyak dari nikel.
"Kita lihat mobil high end rata-rata pakai NMC, tapi low end hari ini untuk mendorong affordability monggo aja pakai LFP, nggak apa. Kita yang penting nanti semua pabriknya baik NMC maupun LFP ada di Indonesia," katanya.
Mobil-mobil listrik yang beredar di China yang masuk Indonesia saat ini sebagian besar pakai baterai LFP. Sebut saja Wuling Air ev, Binguo EV, MG ZS EV, MG 4 EV, dam lineup BYD seperti Dolphin, Seal, Atto 3.
Bahkan Tesla tipe terendah seperti halnya Model 3, dan Model Y yang diproduksi di Tiongkok pakai baterai LFP. Semua model itu secara harga cendrung lebih terjangkau.
Sementara mobil listrik dengan baterai nikel, atau lithium-ion saat ini lebih dominasi kelas premium, seperti halnya Tesla Model S, Model X yang diproduksi Amerika Serikat, Hyundai Ioniq 5, Ioniq 6, hingga beberapa lineup BMW, dan Mercedes-Benz.