Bensin Mobil Nyaris Habis Masih Nekat Jalan, Ini Resiko Buruknya
100kpj – Setiap mobil yang beredar di Indonesia memiliki spesifikasi berbeda-beda, sehingga efisiensi bahan bakarnya pun tidak sama. Hal tersebut ditentukan dari kapasitas mesin, bobot kendaraan, hingga teknologi yang disematkan.
Bukan hanya itu, faktor lain yang membuat konsumsi bahan bakar mobil menjadi lebih boros, juga ditentukan dari gaya berkendara, medan jalan yang dilalui, hingga beban yang diangkut mobil tersebut ketika melakukan perjalanan.
Ada berbagai alasan pengemudi mobil hingga kehabisan bensin saat di tengah perjalanan. Mulai dari rasa percaya diri yang tinggi saat melihat indikator ketersediaan bahan bakar yang sudah menipis, ternyata salah prediksi.
Selain itu sulit menemukan SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) saat kondisi bensin di tangki sudah cekak. Atau bisa juga lupa, karena kegiatan yang mengharuskan hadir tepat waktu sehingga tidak memerhatikan kondisi bensin.
Padahal perilaku tersebut dapat merusak komponen mobil terutama yang berhubungan dengan sensor, dan sistem keluar masuk bahan bakar ke mesin atau injeksi. Seperti yang disampaikan Service Advisor bengkel Honda Pondok Indah, Ali.
Mneurutnya lebih baik jika bahan bakar sudah habis atau sudah sampai di jarum E (empty) segera diisi meski mobil masih bisa diajak jalan. Fungsi indikator konvensional model jarum, atau digital sebagai pengingat, maka jangan diabaikan.
“Kalau dibiarkan dalam keadaan kering meskipun mobil masih bisa menyala, tetap saja akan merusak pompa bensin di tangki. Apalagi itu sering dilakukan, karena kalau sudah habis banget, kinerja pompa bensin jadi lebih besar,” ujarnya kepada 100kpj.
Lebih lanjut Ali menjelaskan, tekanan pompa lebih besar untuk menghisap, atau menyalurkan bensin dari tangki ke sistem injektor akan berdampak fatal. Sebab selain merusak pompa, juga membuat sistem sensor menjadi eror.
“Untuk injektor sendiri tidak akan rusak. Tapi tetap saja, usahakan jangan sampai habis banget,” sambungnya.
Di tempat terpisah, salah satu mekanik bengkel Daihatsu di Jakarta Timur, Puji Raharjo menyebut indikator E di mobil sebenarnya tidak bisa dimaknai sebagai kekosongan mutlak. Artinya masih ada sisa untuk perjalanan.
“Indikator E sebenarnya bukan peringatan bensin benar-benar habis, tapi peringatan kalau pengemudi kudu bawa mobilnya ke SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum),” ujar Puji beberapa waktu lalu saat dikonfirmasi.
Ia juga menambahkan, setiap mobil memiliki volume RES yang berbeda-beda. Namun, kata dia, dalam kondisi indikator mulai menyala E, umumnya tangki masih menyimpan sekurangnya lima sampai 10 liter bahan bakar.