Morbidelli Ngeri Lihat Kecepatan Rossi di MotoGP Catalunya
100kpj – Pembalap Yamaha asal Italia, Valentino Rossi harus mengalami nasib sial di MotoGP Catalunya, Spanyol, akhir pekan kemarin. Rossi yang berada di posisi dua dan hendak mengejar Fabio Quartararo justru terjatuh di lap ke-16.
Padahal, saat itu penampilan Rossi cukup meyakinkan. Bahkan, dia bisa menjaga kecepatannya sepanjang balapan. Hal itu yang membuat pembalap SRT Yamaha, Franco Morbidelli yakin, seandainya tak jatuh, bisa saja Rossi memenangkan seri kedelapan tersebut.
Baca juga: Terkuak, Ini Alasan Valentino Rossi Jatuh di MotoGP Catalunya
Dikutip dari Motorsport-total, Selasa 29 September 2020, Morbidelli mengaku kaget melihat kecepatan sang mentor di MotoGP Catalunya. Kendati Quartataro yang keluar sebagai pemenang, namun pada kesempatan itu, kata dia, Rossi yang tampil paling kencang.
"Dia telah menunjukkan performa yang sangat kuat dan sangat cepat dalam semua sesi latihan sepanjang akhir pekan ini, saya pikir dia adalah rider tercepat pada balapan kali ini," ujar Morbidelli.
"Namun sayang dia telah melakukan sebuah kesalahan, mungkin dia sedikit terlalu bersemangat di belokan ke arah kiri tersebut dan itu jelas salahnya," tambahnya.
Morbidelli mengaku iba melihat Rossi jatuh di sisa delapan putaran akhir. Padahal, kala itu, The Doctor berpeluang meraih podium ke-200 sepanjang kariernya sebagai pembalap profesional. Maka dengan begitu, mau tak mau, dia harus menundanya hingga seri-seri berikutnya.
"Saya merasa kasihan dengan Valentino Rossi, dia tidak layak untuk meraih hasil tersebut," kata dia.
Pengakuan Rossi
Sesaat setelah perlombaan, Rossi mengaku sangat menyesal dengan hasil yang diterimanya di MotoGP Catalunya. Pembalap 41 tahun itu menjelaskan, tubuh dan motor yang dikendarainya bisa jatuh lantaran dia terlalu bernafsu saat melibas tikungan kedua di lap ke-16.
“Itu adalah hal yang patut disayangkan, karena itu merupakan pekan yang baik. Saya sangat cepat di hari Jumat dan motor saya mengalami banyak peningkatan. Sebelumnya, saya merasa kuat.”
“Saat itu, saya terus mendorong diri untuk tetap dekat dengan Fabio (Quartararo), tapi temperatur sedang rendah-rendahnya dan tikungan kedua selalu berbahaya, karena di sisi lain temperatur ban depan terlalu rendah. Mungkin saya terlalu memaksakan diri saat tikungan, sehingga saya kehilangan ban depan,” paparnya.