Ternyata Begini Cara Tes Doping di MotoGP
Nah, dilansir 100kpj.com dari Corsedimoto, ternyata pengawasan intensif soal doping baru dilakukan MotoGP 2019 ini, pada tahun 2017, 2018 hanya ada 27 kontrol yang dilakukan yang dibagi oleh tiga dokter untuk tiga kelas yaitu Moto3, Moto2 dan MotoGP.
Baca juga: https://www.100kpj.com/sirkuit/4416-rossi-isyaratkan-pensiun-motogp-indonesia-2021-tak-lagi-dinanti
Pada tiap kelas tersebut ada 3 pembalap yang dipilih secara acak, kriteria pemilihan 3 pembalap ini bervariasi, kadang pembalap yang meraih podiumyang dipilih atau terkadang dipilih secara acak.
Metode seperti itu sepertinya kurang maksimal jika dipakai untuk pemeriksaan doping di ajang balapan paling bergengsi di dunia ini, karena hanya tiga pembalap dan tidak mewakili kondisi tiap pembalap secara keseluruhan.
Pembalap yang terpilih mengambil dan membawa sampel urinnya di bawah pengawasan agar tidak ada manupulasi, pembalap diperbolehkan memilih peralatan yang digunakan untuk mengambil sample urin, kemudian disimpan dalam kemasan steril dan dibuka oleh pembalap sendiri.
Sampel urin ditaruh dalam 2 wadah, wadah pertama untuk langsung dites, sedangkan wadah kedua untuk pengetesan kembali, wadah tabung tersebut diegel dan hanya dapat dibuka di laboratorium yang terakreditasi Badan Anti-Doping Dunia (WADA), dalam kasus Iannone adalah di Kreischa, Dresden, Jerman.
MotoGP mengantisipasi penuh agar tidak ada salah dalam pengetesan sampel urin, seperti urin tertukar, atau disabotasi, dan kemungkinan lainnya. Tapi jika dari tiga kelas hanya ada tiga pembalap diambil sampelnya secara acak tidak dapat mewakili seluruh kondisi pembalap MotoGP.