Pembalap Curhat Soal Gaji dan Nasibnya di MotoGP
100kpj –Sebelum gelaran MotoGP Prancis dimulai, atau pada hari Jumat 13 Mei 2022, Komisi Keselamatan menggelar pertemuan rutin yang dihadiri perwakilan tim, pembalap, juga promotor.
Momen itu dimanfaatkan pembalap untuk mengutarakan kekhawatiran, tentang nilai kontrak murah yang diberlakukan tim-tim.
Apalagi masa pandemi penyebaran virus corona, dan perang di Ukraina menyebabkan rider digaji rendah.
Manajer Joan Mir, Paco Sanchez, beranggapan para rider MotoGP layak menerima upah minimum dalam kontrak, lantaran mereka mempertaruhkan nyawa saat balapan.
Sanchez menilai, para pembalap MotoGP pantas menandatangani kontrak yang menyertakan gaji minimum. Alasannya, mereka adalah bintang dari kejuaraan dunia Grand Prix.
“Ini adalah bisnis besar. Bagi saya, ini seperti tenis dan sepak bola serta olahraga besar lainnya, bagian dari bisnis ini harus kepada orang-orang yang menjadi bintang bisnis ini,” ucapnya.
Bagi Sanchez, pembalap MotoGP adalah bintang dunia, sehingga mereka pantas untuk terdapat batasan gaji minimum.
“Saya tidak bilang mereka dibayar sebesar gaji Marc Marquez, tetapi gaji pokok minimum karena yang disesuaikan dengan kebutuhan hidup mereka. Kadang-kadang kita lupa, tetapi mereka bermain-main dengan hidup mereka. Beberapa pembalap muda, jika Anda menawarkan mereka 100 ribu Euro atau nol, mereka akan menandatangani kontraknya,” bilang Sanchez dikutip dari Motorsport.
Selain itu pembalap juga khawatir soal kurangnya perlindungan terhadap pembalap, seperti kasus pemecatan sepihak Romano Fenati oleh Speed Up Racing.
Pembalap seperti tidak punya posisi yang kuat ketika proses pembahasan kontrak dengan tim, apalagi di MotoGP tak punya asosiasi pembalap seperti di Formula 1, dengan adanya Grand Prix Drivers' Association (GPDA).
“Tim dapat melakukan apa pun yang mereka inginkan. Tidak adil. Wajar jika tim memiliki asosiasi yang melindungi mereka. Namun, kami merasa tidak terlindungi. Jadi, itu tidak adil.” pungkas Aleix Espargaro pembalap Aprilia.