Usai Dipecat Tim, ‘Dosa’ Vinales Diungkap Bos Yamaha, Begini Katanya
100kpj – Baru-baru ini, penggemar balap motor di dunia dikejutkan dengan kabar pemecatan Maverick Vinales oleh timnya, Monster Energy Yamaha dari kompetisi MotoGP. Hal tersebut seakan membuktikan, ada hubungan kurang baik antara kedua belah pihak.
Diketahui, mulanya, Vinales hendak mengakhiri kontraknya dengan Yamaha pada penghujung musim ini. Namun, setelah meninjau sejumlah aspek, akhirnya tim pabrikan tersebut memutuskan memecatnya.
Baca juga:
Menariknya, usai resmi ‘membuang’ Vinales, bos Monster Energy Yamaha, Lin Jarvis lantas membuka borok atau kekurangan pembalap 26 tahun tersebut. Dia mengatakan, Vinales merupakan pembalap yang tak punya konsistensi selama di kompetisi. Padahal, kata dia, itu seharusnya menjadi modal yang dimiliki semua pembalap di MotoGP.
"Terkadang dia termotivasi, tetapi terkadang dia berjalan sebaliknya. Saya pikir itulah kelemahannya,” ujarnya, dikutip dari Speedweek, Minggu 22 Agustus 2021.
"Terkadang hal tersebut tak bisa dijelaskan, sulit dimengerti. Hal itu bisa terjadi di antara pagi dan sore ketika berada di satu lintasan ke lintasan lainnya,” lanjutnya.
Menurut Jarvis, Vinales sebenarnya pembalap hebat, namun dia heran, mengapa Top Gun tak bisa memertahankan performanya di lintasan. Bahkan, tak jarang, hasil perlombaan pekan sekarang dan pekan berikutnya bisa sangat kontras, alias berbeda drastis.
"Maverick Vinales merupakan pembalap bertalenta. Tetapi, di saat yang bersamaan, dia semacam sebuah misteri," tuturnya.
Kini, pihaknya telah resmi memecat Vinales dari tim. Jarvis memastikan, pihaknya tak mau ada pembalapnya yang membela Yamaha dengan perasaan setengah hati. Alih-alih memaksakan diri, maka lebih baik dia memberinya jalan keluar.
"Namun, sangat penting saat ini untuk dia merasa nyaman, kuat dan bahagia. Dia perlu merasa berada di tempat yang tepat dan bisa memberikan hasil yang diharapkan."
"Ketika kami merasa bahwa Maverick sudah tidak bahagia di sini, kami berusaha mencari sebuah solusi sama seperti di masa lalu."
"Prinsip kami selalu untuk tidak memaksa seorang pembalap untuk bertahan. Jika pembalap tidak bahagia, lebih baik jika dia meninggalkan kami. Itu yang terbaik untuk tim, untuk pembalap, dan semua pihak yang terlibat," kata Lin Jarvis.