Bukan Yamaha atau Honda, Ternyata Ini Skuter Pertama Buatan Jepang
100kpj – Dua jenama asal Negeri Sakura, Honda dan Yamaha, masih merajai penjualan skuter di Indonesia. Di banyak titik jalan, motor bertubuh pejal itu mudah sekali kita temukan. Hal inilah yang membuat beberapa kalangan menduga-duga, bahwa skuter pertama yang dibuat Jepang itu berasal dari dua pabrikan tersebut.
Namun, dugaan itu ternyata keliru. Jauh sebelum Honda dan Yamaha melahirkan skuter pertamanya, pabrikan senegara lainnya, yakni Fuji-Sangyo, telah lebih dulu memiliki skuter.
Memulai produksi sesaat setelah perang dunia kedua berakhir, perusahaan yang bermarkas di prefektur Gunma itu mulai memasarkan skuter pertamanya di tahun 1946. Mengusung tampilan bongsor, dengan moncong di bagian depan, motor itu mereka visualisasikan layaknya seekor kelinci, sehingga lahirlah nama Rabbit S-1.
Melansir laman Revolvy, Selasa 14 Mei 2019, meski Rabbit merupakan tunggangan sepuh, namun soal kecepatan, ia tak kalah dari motor lansiran sekarang. Di awal peluncurannya, motor bertubuh baja itu pernah mematahkan rekor, sebagai motor Jepang pertama yang menyentuh kecepatan 97 kilometer per jam.
Setahun setelah diluncurkan, Rabbit mencapai titik kejayaannya. Saat itu, pesaing utamanya hanya satu, yakni Silver Pigeon. Sebelum akhirnya, delapan tahun berselang, tepat di tahun 1954, Honda menelurkan skuter pertama, yang mereka namakan Juno.
Kemudian persaingan kian memanas, setelah Yamaha juga ikut membuat skuter. Di penghujung tahun 1960, pabrikan berlogo garputala itu resmi mengenalkan SC-1 yang memiliki perawakan seperti Rabbit.
Perseteruan pasar yang kian ramai ini, membuat Fuji-Sangyo, sebagai pabrik yang melahirkan Rabbit, terpaksa harus menyerah dengan menyudahi produksi di tahun 1968.
Meski sudah lama tak terdengar, namun keberadaan Fuji-Sangyo di pasar otomotif sebenarnya masih ada. Setelah sempat mengubah namanya menjadi Fuji Heavy Industries, perusahaan legendaris itu kini mengusung nama Subaru Corporation, yang lebih dikenal melalui produksi mobil rally-nya.
(Laporan: Septian Farhan Nurhuda)