Sudah Turun Pamor, Yamaha Tak Cemas dengan Penjualan Motor Bebek
100kpj – Motor bebek kian turun pamornya di Indonesia usai banyaknya produk-produk skuter matik, dan kini menjadi primadona di Tanah Air. Walau begitu, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing mengaku tidak cemas akan penjualan motor bebek.
Tercatat, motor bebek saat ini hanya menyumbang enam persen dari seluruh penjualan sepeda motor di Tanah Air. Bahkan sepanjang 2019 lalu, tak ada satupun Agen Pemegang Merek (APM) yang meluncurkan produk baru untuk motor bebek.
Situasi ini menimbulkan tanda tanya, sampai kapan motor bebek masih bisa bertahan di tengah gempuran skutik. Public Relation Manager PT YIMM, Antonius Widiantoro, mengungkapkan bila permintaan motor bebek masih terus ada.
"Bebek masih ada demand. Di luar Jawa permintaan masih cukup tinggi," ujar Antonius Widiantoro, di JIEXPO Kemayoran, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Anton menambahkan bila permintaan itu sebenarnya sesuatu yang diciptakannya. Sebagai contoh, pasar skuter matik pada awal kemunculannya di 2002 sebenarnya juga tidak bagus.
Jadi mereka ciptakan demand itu hingga pasarnya ikut berkembang.Maka itu, Yamaha Indonesia tidak terlalu mencemaskan akan penjualan motor bebek, terlebih motor yang dikenal irit tersebut masih banyak digunakan.
"Motor bebek itu masih banyak dipakai di area yang jalurnya kurang bagus seperti di kota. Instansi pemerintah di daerah juga masih banyak yang pakai untuk operasional," terang Anton Widiantoro.
Terakhir Anton Widiantoro menegaskan bahwa selama masih ada peminatnya, ia meyakini usia bebek di pasar otomotif Indonesia masih cukup panjang. Meskipun secara penjualan sebenarnya tidak lagi terlalu menguntungkan.
Terakhir Anton Widiantoro menegaskan bahwa selama masih ada peminatnya, ia meyakini usia bebek di pasar otomotif Indonesia masih cukup panjang. Meskipun secara penjualan sebenarnya tidak lagi terlalu menguntungkan.
Sampai Kapan Bertahan?
Pengamat otomotif senior sekaligus pengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu mengatakan, selain tren, sebenarnya yang ‘membunuh’ motor bebek di Indonesia ialah para pabrikan sendiri. Sebab, tak satupun dari mereka yang berani eksplorasi mengenai tampilan yang lebih diminati konsumen.
“Tampilan motor bebek begitu-gitu saja, harusnya ada pengembangan desain. Jadi, orientasinya (secara tampilan) harus ke konsumen dulu, karena kita tahu tren sepeda motor terus berubah-ubah,” ujarnya kepada 100KPJ.
Ia juga menambahkan, bukan hanya kehadiran skuter matik saja yang mengancam eksistensi bebek di Indonesia. Namun, motor listrik yang belakangan mulai bermunculan juga kian menghambat pertumbuhan bebek di pasar roda dua dalam negeri.