Proses Impor Rumit, Pembalap dari Luar Negeri Ini Racik Motor di RI
100kpj – Demi meramaikan babak final Trial Game Asphalt 2019 di Sirkuit Boyolali, Jawa Tengah, 76Rider sebagai penyelenggara mendatangkan tiga pembalap asal Perancis, yakni Germain Vincenot, Sylvain Bidart dan Maxime Lacour.
Ketiga pembalap tersebut akan ikut bertanding bersama rider Indonesia di kelas FFA 450 International Championship. Mereka akan mengaspal bersama Doni Tata Pradita, Tommy Salim, Ivan Harry Nugroho dan Farudila Adam.
Soal motor yang akan digunakan para pembalap asal negeri fesyen tersebut, Mario CSP 76Rider selaku penyelenggara Trial Game Asphalt menyebut, panitia sudah menyediakan jenis motor yang diinginkan ketiga pembalap tersebut.
“Untuk motor kami persiapkan dari sini (standar). Tapi mereka bawa racing part dari negaranya. Seperti velg, rem, settingan suspensi dan parts pendukung lainnya mereka bawa sendiri,” ujarnya di Jakarta.
Lebih lanjut Mario menjelaskan, komponen racing lebih baik dipersiapkan oleh pembalap, karena belajar dari tahun lalu parts yang dibutuhkan pembalap luar negeri tidak ada di Indonesia. Maka agar tetap nyaman mereka menyediakan sendiri.
Lantas kenapa ketiga pembalap tersebut tidak memboyong motornya secara utuh ke Indonesia?
“Untuk memboyong motor mereka memang agak sulit soal perizinan, dan shipping atau pengiriman agak sulit. Karena mereka juga harus balik lagi ke negaranya untuk mengikuti kompetisi dalam waktu dekat,” tuturnya.
Menurutnya, proses impor motor dari luar negeri ke Indonesia memang cukup rumit dan itu dialami saat para pembalap luar mengikuti kompetisi FIM Asia Supermoto Championship di Sirkuit The Park, Solo pada 2017 lalu.
Belajar dari hal tersebut, akhirnya ketiga pembalap asal Perancis itu harus meracik motornya di dalam negeri. “Germain dan Sylvain karena tim Honda menggunakan CRF 450. Kalau Maxime menggunakan Husqvarna atau KTM,” katanya.
Dia mengatakan, motor akan diberikan kepada mereka dalam bentuk standar pabrikan. Artinya jantung pacu dalam kondisi standar. “Kami siapkan mekanik juga jadi bukan sekadar motor, mesin masih standar karena menurut mereka sudah cukup,” sambungnya.