Prabowo Mau Singkong Jadi Bensin, BRIN: Indonesia Masih Impor Singkong
100kpj – Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto menegaskan bahwa rencananya membawa Indonesia dalam swamsembada energi terbarukan. Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut produksi singkong dalam negeri untuk energi belum memadai.
Prabowo sebelumnya dalam orasi ilmiah saat Wisuda Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) di Bandung, Jawa Barat, mengatakan bahwa energi terbarukan yang bersumber dari tanaman sangat baik karena tidak membuat polusi. Terlebih, mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil yang tidak ramah lingkungan.
Baca Juga: Prabowo Janjikan Indonesia Setop Impor BBM, Sulap Singkong dan Tebu Jadi Bensin
“Kita nanti green energy dan kita akan swasembada energi bensin, dari mana? Dari etanol, etanol dari mana? Dari tebu dan singkong,” ucap Prabowo, pekan lalu.
Lebih lanjut, dia menyampaikan dalam beberapa tahun ke depan, Indonesia mampu mengubah BBM jenis bio diesel seluruhnya berbahan baku dari kelapa sawit yang bertujuan untuk menghentikan impor bahan bakar dari luar negeri.
Perihal rencana pembuatan bensin dari singkong, BRIN mengungkapkan produksi singkong nasional untuk memenuhi kebutuhan bahan baku etanol sebagai sumber energi baru terbarukan masih belum memadai.
Kepala Pusat Riset Tanaman Pangan BRIN Yudhistira Nugraha mengatakan singkong termasuk tanaman yang menghasilkan pati tinggi dan dapat dikonversi menjadi etanol, namun produksi masih sangat jauh.
"Indonesia masih harus mengimpor singkong dari luar negeri utamanya untuk kebutuhan bahan baku industri dan pangan," kata Yudhistira, seperti dikutip 100KPJ dari Antara, Senin 4 Maret 2024.
Strategi untuk menjadikan singkong sebagai bahan biofuel, kata dia, harus didahului dengan meningkatkan produksi singkong nasional. Menurut Yudhistira, perlu ada lahan khusus untuk dijadikan sebagai kebun energi, sehingga tidak mengganggu peruntukan singkong sebagai bahan pangan.
Outlook Ubi Kayu Tahun 2020 yang diterbitkan oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian menyebutkan luas panen ubi kayu di Indonesia selama kurun waktu tahun 1980 hingga 2019 cenderung mengalami penurunan.
Baca Juga: Prabowo Singgung Singkong Bisa Disulap Jadi Bensin, Gimana Caranya?
Laju pertumbuhan rata-rata turun sebesar 1,76 persen per tahun. Pada tahun 1980 luas panen 1,41 juta hektare menjadi 0,63 juta hektare pada tahun 2019.
Adapun perkembangan produksi ubi kayu di Indonesia periode 1980-2019 secara umum berfluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan.
Angka perkembangan produksi ubi kayu selama empat dekade tersebut meningkat rata-rata hanya sebesar 0,66 persen per tahun. Tingkat produktivitas sebanyak 155,58 kubik per tahun.