Subsidi Motor Listrik Tahun Depan Jadi Rp8 Juta, Lebih Besar dari Target Luhut Binsar Pandjaitan
100kpj – Motor listrik yang dipasarkan di Indonesia lebih banyak dibandingkan mobil. Sebagian masih berstatus impor dari China, namun ada yang diproduksi di dalam negeri hingga buatan anak bangsa.
Berdasarkan data Kementerian Perindustrian, jumlah brand penjual motor listrik sampai saat ini ada 35 perusahaan, jauh lebih banyak dari mobil. Kapasitas produksi 1,04 juta per tahun dengan total investasi Rp0,45 triliun.
Merek-merek baru tersebut diantaranya, NIU, Davigo, Volta, Energica, ION Mobility, Polytron, Treeletrik, Smartby EV Centre atau U-Winfly, ECGO, BF Goodrich, Sunrace, Bravo, Goda, I Moto, United, Alva One, dan masih banyak lagi.
Pemerintah menargetkan produksi motor listrik sampai 2025 mencapai 2 juta unit. Demi merealisasikan target tersebut, dan mempercepat penggunaan motor pelahap seterum pemerintah siap memberikan subsidi di 2023.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, untuk pembelian motor listrik yang baru sebesar Rp8 juta, sedangkan isentif untuk motor konvensional yang dikonversi menjadi listrik sebesar Rp5 juta.
“Pemerintah sekarang dalam tahap finalisasi menghitung untuk memberikan insentif terhadap pembelian mobil, dan motor listrik,” ujar Menperin dikutip Antaranews, Kamis 15 Desember 2022.
Namun diskon, atau subsidi tersebut hanya berlaku untuk motor listrik yang diproduksi di dalam negeri, artinya untuk produk impor tidak bisa menikmati keringanan yang diberikan pemerintah.
“Insentif akan diberikan kepada pembeli motor listrik yang mempunyai pabrik di Indonesia,” tuturnya.
Artinya target subsidi yang diajukan Menperin untuk motor pelahap seterum lebih besar. dari rencana Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman,dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
“Subsidi sepeda motor sedang finalisasi berapa juta kita mau kasih subsidi. Mungkin motor Rp6 juta, di Thailand Rp7 juta, di kita mungkin Rp6,5 juta, kira-kira sekitar segitu,” ujar Menko Marves Luhut,beberapa waktu lalu.
Yang terbaru, Luhut menyebut bahwa isentif kendaraan listrik untuk Indonesia itu tolak ukurnya dari Thailand, dan Vietnam. Sehingga untuk mempercepat penggunaan kendaraan tanpa emisi itu sudah masuk finalisasi.
"Kita sedang hitung dan bicarakan. Kita membangun ekosistem. Jadi kita jangan sampai kalah, ini tidak boleh dilihat hanya satu sisi namun harus dilihat secara komprehensif," kata mantan Panglima TNI tersebut.