Soal Motor Listrik, Yamaha: Indonesia Belum Siap Tidak Seperti Taiwan
100kpj – Ada berbagai cara menekan polusi udara, salah satunya mengurangi pemakaian kendaraan bermesin bahan bakar. Mengingat emisi karbon yang dihasilkan dari mesin tersebut bisa mencemarkan lingkungan.
Sehingga setiap pabrikan menciptakan kendaraan tanpa emisi dengan mengandalkan listrik, sebagai sumber penggerak utama roda. Salah satu brand motor yang sudah melahirkan produk tersebut adalah Yamaha.
Sejak 1993 pabrikan motor berlambang garpu tala itu sudah membuat komponen penggerak dari tenaga listrik untuk sepeda, yaitu Power Assist System. Berkembang menciptakan motor listrik bernama Passol pada 2002.
Kemudian pada 2005 muncul lagi Yamaha EC-02, EC-03 2010, E-Vino 2014, EC-05 2019, dan 2022 ada EMF, dan E01 yang baru saja diperkenalkan dalam ajang Indonesia International Motor Show atau IIMS, awal April.
”Sejak saat itu kami telah menjual sebanyak 6 model EV ke pasar global yang tercatat dalam sejarah Yamaha,” ujar Presiden Direktur PT YIMM, Minoru Morimoto dikutip, Sabtu 23 April 2022.
Berdasarkan pengujian WMTC (World Motorcycle Test Cycle) Eropa, Yamaha E01 bisa menempuh jarak 130 kilometer. Sedangkan pengujian internal Jepang dengan kecepatan rata-rata 60 km per jam bisa berjalan 104 km.
Meski secara kemampuan sudah mumpuni, namun sebelum jualan motor pelahap seterum di dalam negeri, PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) sebagai produsen akan melakukan ui coba terlebih dahulu.
Pemegang merek motor asal Jepang itu akan memboyong 20 unit E01 ke Tanah Air pada semester kedua tahun ini, agar masyarakat bisa mencobanya langsung.
Wakil Presiden Direktur PT YIMM, Dyonisius Betty mengatakan, kemampuan sesungguhnya motor listrik itu harus di uji secara nyata. Untuk mengetahui daya tahan baterai, jarak tempuh sesuai penggunaan sehari-hari, dan lain-lain.
“Kalau dalam pengetesan nanti tidak sampai 100 km, kembali lagi, kalau sudah satu tahun ke depan menurun enggak baterainya. Misalnya jarak tempuhnya hanya jadi 50 km,” tutur Betty.
Lebih lanjut dia menjelaskan, Yamaha juga menyiapkan tim servis untuk kondisi darurat yang bisa dipanggil kapan saja saat motor mogok karena tidak ada tempat pengisian baterai di tengah jalan, atau dalam kondisi tertentu.
“Indonesia market belum siap tidak seperti Taiwan, jadi dalam tahap pengembangan Yamaha tentu ingin berpartisipasi aktif menuju EV di Indonesia. Kita juga senang PLN, dan Pertamina mulai menyediakan fast charging,” katanya.
Produsen motor berlambang garpu tala itu juga menyediakan tiga pilihan alat pengisian baterai untuk E01 saat uju coba, tujuannya menyesuaikan setiap kondisi pengguna.
Untuk waktu pengisian 1 jam dari nol sampai 90 persen dengan fast charging. Sementara pengisian normal pakai sumber kelistrikan AC 200-240 Volt butuh 5 jam, dan portable charging dengan daya 100-240 Volt yang memakan waktu pengisian 14 jam.
“Jadi masih ada berbagai alternatif, kalau infrastruktur sudah siap kita sudah enggak perlu lagi seperti itu. Dan harganya akan jauh lebih murah (karena konsumen beli motor hanya dapat satu alat pengisian),” sambungnya.