Punya Motor Honda Win? Banggalah, Harga Lagi Tinggi-tingginya
100kpj – Setelah lama hilang dari peredaran pasar, Honda Win kembali muncul dengan status baru. Jika dahulu motor yang akrab dicitrakan sebagai tunggangan dinas, kini namanya disebut-sebut sebagai motor klasik bernilai tinggi.
Di berbagai situs jual beli online, harga yang ditawarkan bisa menyentuh puluhan juta rupiah. Padahal, di awal 2000-an, motor itu sempat ditinggalkan para penggunanya, untuk beralih ke model lain yang lebih menawan.
Sama seperti kendaraan tua lainnya, pembeli Honda Win kemungkinan berasal dari kalangan yang gemar mengoleksi tunggangan jadul. Sebab, jika untuk keperluan operasional, mereka pasti memilih untuk membeli motor lain dalam kondisi baru atau berusia muda.
Menurut pemilik diler Tirta Motor di kawasan Kranji Bekasi Barat, Dul Ahmadi, nilai prestise Honda Win terletak pada nama serta tampilannya yang mampu menghadirkan nuansa nostalgia. Sehingga, bagi banyak pedagang, sangat sulit mengukur harga jualnya.
“Kalau motor tua kayak Honda Win kan pertimbangan membelinya untuk koleksi. Tujuannya apalagi, kalau bukan untuk kembali ke masa lalu? Anak-anak muda juga seperti itu, mereka ngelihat apa yang dipakai di zaman dulu itu berbeda, jadi ikutan beli supaya enggak sama dengan yang lain,” ujarnya kepada 100KPJ, Selasa 16 Juli 2019.
“Tapi masalahnya kan jadi sulit menentukan harganya, apalagi ke pembeli umum. Makanya transaksi ini (jual-beli Honda Win) cuma ngelibatin penjual ke kolektor, atau kolektor ke kolektor lain,” sambung dia.
Menurut Dul, konsumen yang ingin membeli Honda Win sebaiknya berhati-hati dan tidak gegabah. Terdapat dua hal yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk membawanya pulang.
“Pertama, motor ini kan sudah tua, suku cadangnya mulai susah dicari. Jadi kalau rusak, agak repot. Kedua, harganya kan biasanya hasil tembak (tidak pasti), takutnya suatu saat tiba-tiba anjlok, kan jatuhnya rugi,” kata dia.
Namun bagi para pemilik Honda Win, tentu patut berbangga diri. Sebab motor itu tengah diburu banyak orang, sehingga harganya menjadi tinggi.
(Laporan: Septian Farhan Nurhuda)