Zaman Serba Canggih, Orang RI Beli Mobil Bekas Masih Pakai Cara Kuno
100kpj – Berbeda dengan satu dekade lalu, kini membeli kendaraan bekas jauh lebih mudah. Bahkan, calon konsumen tak perlu beranjak dari rumah. Cukup nyalakan ponsel, buka portal jual-beli kendaraan, cari model yang hendak dibeli, lalu pesan.
Kendati membeli kendaraan—terutama mobil bekas—melalui perangkat digital jauh lebih mudah, namun tak semua masyarakat Indonesia menyenangi hal tersebut. Sebab, sebagian dari mereka tetap lebih senang datang ke lokasi, melihat mobil secara langsung, dan melakukan transaksi empat mata dengan penjual.
Baca juga: Kisah Sukses Startup CARRO: Dulu Dibangun 2 Orang, Kini Mendunia
Co-founder CARRO, selaku startup jual-beli mobil bekas, Aditya Lesmana mengatakan, pada mulanya pihaknya hanya fokus menjual kendaraan secara daring. Namun, kata dia, budaya konsumen di Indonesia beda dengan sejumlah negara lain. Kalau belum lihat unitnya secara langsung, rasanya kurang afdol.
Itulah mengapa, CARRO membuka Automall di bilangan Bekasi, Jawa Barat, untuk melayani konsumen yang hendak membeli mobil secara konvensional.
“Dibandingkan negara lain, Indonesia memang berbeda. Di sini, konsumennya (kalau beli mobil) masih suka pakai cara-cara tradisional. Makanya kita coba buka ini (Automall), biar yang mau lihat langsung, bisa datang,” ujar Aditya saat ditemui di kawasan Harapan Indah, Bekasi, Kamis 15 Oktober 2020.
Diketahui, selain di Indonesia, CARRO juga berdiri di sejumlah negara di Asia Tenggara lainnya, yakni Singapura, Malaysia, dan Thailand. Maka tak heran, seandainya Aditya sebagai salah satu pendiri, bisa berkesimpulan demikian.
“Makanya, kita harus melakukan penyesuaian pasar,” terangnya.
Dia menambahkan, saat pandemi corona, penjualan mobil bekas turun drastis. Namun, saat pemerintah melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB, segalanya mulai membaik. Salah satu mobil yang paling banyak diburu, kata dia, berangkat dari kelas menengah ke atas atau middle-up.
“Mobil middle-low paling terdampak, kalau middle-up masih bagus, (yang harganya) di rentan Rp250-450 juta lah. Soalnya, pembelinya orang-orang berada yang ekonominya gak terlalu berpengaruh pas corona,” kata dia.