Gabung KAMI, Harta Berjalan Said Didu Layak jadi Sorotan
100kpj – Deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau KAMI yang berlangsung di Tugu Proklamasi, Jakarta, Selasa 18 Agustus 2020, diramaikan banyak sekali tokoh. Salah satunya, mantan Staf Khusus Menteri ESDM, Said Didu.
Melalui keterangannya di program Indonesia Lawyers Club atau ILC tvONE, Said Didu mengaku, keputusannya bergabung dengan KAMI bukan karena sakit hati terhadap pemerintah Jokowi, melainkan khawatir dengan situasi negeri selama beberapa tahun terakhir.
"Saya ulangi lagi mari kita bicara dengan hati nurani yang bersih, jangan menganggap bahwa karena Said Didu ada di KAMI, Said Didu ada di luar, maka sakit hati. Iya, saya sakit hati, tapi karena melihat angka-angka yang mengancam negara saya," ujar Said.
Karir Said Didu dan hobinya kritisi pemerintah
Sebelum bergabung dengan KAMI, Said Didu memang sudah vokal menyuarakan pendapatnya di muka publik ataupun media sosial. Pada salah satu kesempatan, ia pernah berpendapat, jika ada sesuatu yang tidak benar sebaiknya disuarakan.
Diketahui, Karir pria asal Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan ini banyak dihabiskan sebagai PNS di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kemudian, karir birokratnya dirintis dari bawah, mulai dari peneliti, hingga kemudian merangkak pelan-pelan menjadi pejabat eselon.
Namanya mulai wara-wiri menghiasi media massa nasional sejak ditunjuk menjadi Sekretaris Kementerian BUMN. Dia juga pernah terpilih sebagai anggota MPR di tahun 1997, lalu mengisi kursi komisaris di beberapa perusahaan, seperti PTPN IV (Persero), PT Bukit Asam Tbk (Persero), dan PT Merpati Nusantara Airlines.
Di masa kepemimpinan pertama Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Said Didu ikut masuk dalam lingkaran pemerintahan tahun 2014-2016. Dia menjabat sebagai Staf Khusus Menteri ESDM saat itu, yakni Sudirman Said.
Harta kekayaan Said Didu
Keberhasilannya itu sejalan dengan pundi-pundi kekayaan yang berhasil ia kumpulkan. Bahkan, dilansir dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggaraan Negara atau LHKPN KPK, Kamis 20 Agustus 2020, bernilai Rp19,28 miliar. Hampir separuhnya ia pergunakan untuk keperluan tanah dan juga bangunan.
Baca juga: Bener-bener Adhisty Zara, Berpose Macem Kernet Angkot Saja Tetep Keren
Sementara untuk keperluan mobilitas, dana yang dihabiskan Said untuk membeli kendaraan mencapai Rp1,7 miliar lebih. Kebanyakan, berasal dari Jepang. Yakni Toyota Alphard 2008 senilai Rp250 juta, Toyota Vellfire 2015 seharga Rp950 juta, Toyota Yaris keluaran 2015 Rp255 juta, serta Toyota Cygnus 2004 yang berbanderol Rp400 juta.
Selain itu, jebolan Institut Pertanian Bogor atau IPB itu juga menyimpan satu mobil besutan Eropa, yakni Mercedes-Benz tanpa keterangan nama dengan harga Rp150 juta.