Panther Bisa Saja Tidak Disuntik Mati, tapi Isuzu Takut Enggak Laku
“Sebenarnya dari mesin saja bisa (Euro 2 ke Euro 4). Tapi kendalanya kendaraan itu (Panther) secara value (keuntungan), enggak cuma mesin. Saat ini posisinya (Panther) sedang dikaji tim marketing untuk kelanjutannya seperti apa,” ujarnya di JCC, Jakarta.
Lebih lanjut Harmoko menjelaskan, untuk mengupgrade mesin diesel menajdi rendah emisi atau dari Euro 2 ke Euro 4 ongkos produksinya cukup besar. Otomatis dengan kenaikkan biaya, maka harga jual Panther jika mengikuti regulasi akan lebih mahal.
“Karena cost upgrade-nya cukup besar, dari mechanical pump, kemudian secara basic engine sama, tapi harus ditambah common rai, tambah exhaust control device. Harga sudah pasti lebih mahal,” tuturnya.
Sebelumnya Instagram @panther_mania mengunggah foto suasana pabrik yang memperlihatkan para pekerja sedang membentangkan spanduk, bertuliskan “End of Production’ engine model 4JA1-TBR54. Terimakasih kepada seluruh karyawan atas support produksi engine 4JA1-TBR54”.
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia, produksi Panther sepanjang 2019 hanya tercatat 793 unit. Angka tersebut disumbang dari masing-masing model. Untuk Panther tipe LM 270 unit, tipe LV 30 unit, LS 242 unit, dan Grand Touring 251 unit.
Dari jumlah produksi tersebut, penjualan dari pabrik ke diler alias wholesales di tahun lalu hanya 681 unit. Secara detil, untuk Panther tiipe LM 235 unit, LV 120 unit, LS 120 unit, dan Grand Touring 206 unit, artinya masih ada sisa beberapa unit yang belum terjual ke diler.