Dunia Digempur Corona, Isuzu: Kalau China Batuk, Indonesia Ketularan
100kpj – Virus corona atau COVID-19 yang menjangkit masyarakat dunia membuaat ketar-ketir banyak kalangan. Salah satu yang paling terasa dampaknya, ialah para pelaku bisnis di sektor roda empat. Selain penjualan yang cenderung turun, mereka juga beranggapan pengiriman barang dari negara asal menjadi lebih sulit.
Perusahaan otomotif asal Jepang, Isuzu, mengaku cukup khawatir terhadap hadirnya virus mematikan itu di dunia. Sebab, kata dia, proses distribusi barang dari luar, terutama China, menjadi terganggu. Bahkan, persediaan komponen mereka hanya bisa dikatakan aman hingga April 2020 mendatang.
“Kita mapping terus, sejauh ini kita masih aman produksi sampai April. Mudah-mudahan segera membaik, terutama supplier-supplier yang ada di China. Rata-rata sudah mulai promosi lagi, tapi masih banyak juga yang on-off, jadi kita monitor terus,” ujar Presiden Direktur PT Isuzu Astra Motor Indonesia atau PT IAMI, Ernando Demily di Jakarta, Kamis 5 Maret 2020.
Selain itu, dirinya juga menambahkan, semua pihak pasti setuju jika China merupakan salah satu kekuatan ekonomi dunia. Sehingga, saat negara tersebut sedang ‘terluka’, negara lain juga ikut merasa sakitnya. Salah satu yang merasakan hal itu, ialah Indonesia.
“Kalau corona ini selesai, semester dua pasti (industri otomotif) terbang. Kan pengusaha enggak bakal kuat, pasti perlu recovery. Jadi karena sekarang sedang susah, ya kita harus hadapi bersama-sama,” terang Ernando.
“Suka enggak suka, sekarang China itu kekuatan ekonomi nomor dua di dunia. Sekarang juga suplai bahan baku kebanyakan dari sana. Jadi kalau China lagi batuk, ya kita pasti ketularan,” kata dia menambahkan.
Sebelumnya, Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo, Yohannes Nangoi menilai, virus corona yang belakangan masuk ke Indonesia sekurangnya memang menggangu pasar otomotif Tanah Air. Padahal sebelumnya, ia meyakini, 2020 merupakan tahun ‘pemulihan’ setelah masa-masa politik yang berat.
“Terus terang, tahun ini saya berharap penjualan mobil bisa kembali pulih. Tahun lalu (industri otomotif) terpukul karena agenda politik yang cukup berat, jadi penjualan menurun. Harusnya 2020 sudah pulih, tapi sialnya ada banjir, kemudian ada pukulan lagi dari COVID-19, dan itu sangat berpengaruh,” ungkap Nangoi.
Baca juga: Duh, Virus Corona ‘Pukul’ Pasar Otomotif Indonesia
Selain itu, Nangoi menilai, turunnya minat turis berkunjung ke Indonesia juga menjadi alasan, mengapa penjualan kendaraan roda empat menurun. Sebab, penyedia jasa travel tak menerima banyak permintaan, sehingga pendapatan mereka lesu dan memilih tak menambah moda raya baru.
“Misalnya di Bali. (Kedatangan) turis yang menurun membuat travel agent jadi tak beli bus sebanyak biasanya. Jadi yang namanya industri kendaraan, pasti terdampak,” tutupnya.