Modal Neta Buat Lawan Mobil Listrik BYD, VinFast, GWM, dan GAC Aion di Indonesia
100kpj – Neta merupakan salah satu merek China pendatang baru yang fokus memasarkan kendaraan listrik di Indonesia. Brand besutan Hozon Auto itu mulai jualan sejak Agustus tahun lalu saat unjuk gigi di GIIAS 2023.
Di awal kehadirannya banyak model mobil listrik yang mereka tampilkan, diantaranya Neta V, Neta S, dan Neta U. Namun sampai saat ini produk pertama yang dipasarkan hanya Neta V, di awal statusnya CBU.
Mulai tahun ini, atau Mei 2024 mobil listrik mereka yang dijual di Indonesia sudah rakitan lokal alias CKD. Bukan mendirikan pabrik secara mandiri, namun mereka memanfaatkan pabrik PT Handal Indonesia Motor.
Fasilitas perakitan yang berlokasi di Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat tersebut kini menjadi tempat produksi Chery, dan Neta. Selain perakitan, baterainya juga akan dipasok dari dalam negeri melalui PT Gotion Energy.
Bermodal kolaborasi dua perusahaan tersebut, Neta percaya diri bisa menghadapi merek-merek baru dari negara asalnya, seperti BYD, BAIC, GWM atau Ora, GAC Aion, hingga VinFast yang berasal dari Vietnam.
Marketing Direktur PT Neta Auto Indonesia, Yusuf Anshori mengatakan, sejak tahun lalu sampai saat ini populasi mobil listrik Neta V di Indonesia berdasarkan wholesales diklaim 250 unit, dan terkirim ke konsumen 200 unit.
Lebih lanjut dia menjelaskan, kapasitas produksi mobil listrik Neta dalam satu tahun 27 ribu unit, angka tersebut terpisah dari kapasitas produksi Chery. Terkait porsi dari masing-masing model, masih dirahasiakan.
Mengingat Neta akan menghadirkan dua mobil listrik terbarunya di tahun ini dan langsung diproduksi lokal demi mengejar insentif pemerintah. Kedua produknya itu menyasar segmen medium SUV, dan small SUV.
“Kita masih optimis, kita menawarkan pricing (harga terjangkau). Kalau dilihat dari tahun lalu secara pasar memang ada sedikit penurunan, tapi kita yakin dengan produk baru kita nanti yang akan launcing bisa meningkat,” tuturnya.
Hal senada disampaikan Director of Product, Government Relation and External Affairs PT Neta Auto Indonesia, Fajrul Ilhami. Menurutnya, pasar kendaraan listrik kelas bawah masih sangat luas, dan belum semuanya dijangkau.
“Kita bisa masuk ke entry market yang masih sangat luas, dan harganya setelah insentif bisa lebih terjangkau lagi. Jadi kami pastikan pasti ada penyesuaian harga,” sambung Fajrul.
Pemerintah memberikan insentif mobil listrik yang sudah produksi di dalam negeri, dengan syarat TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) minimal 40 persen, sekaligsu bebas PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang Mewah).
Menurut Fajrul adanya kerja sama dengan PT Gotion Energy sebagai pemasok baterai lithium ferriphosphate, atau LFP untuk Neta di Indonesia, maka akan menambah kandungan lokal, sehingga bisa sesuai syarat pemerintah mendapatkan insentif berupa dikson PPN (Pajak Pertambahan Nilai) 10 persen.
Selain mengandalkan mobil listrik buatan dalam negeri, Neta juga telah menggandeng PLN untuk memudahkan kepemilikan produknya, dan terus melebarkan jaringan dilernya, saat ini baru ada 10 diler dilengkapi charging station.