Cara Suzuki Menekan Emisi Produksi Kendaraan di Indonesia, Proses Cat Paling Besar
100kpj – Emisi bukan hanya dihasilkan dari knalpot kendaraan bermesin bahan bakar, namun saat proses produksinya pun serupa. Suzuki punya cara untuk merduksinya agar pabrik mereka tetap ramah lingkungan.
Head of Strategic Planning PT SIS, Joshi Prasetya mengatakan, Suzuki Indonesia saat ini sangat fokus mengkaji, dan menjalankan beragam strategi untuk mencapai target reduksi karbon perusahaan di tahun 2060 mendatang.
“Hal ini tentu sejalan dengan visi Suzuki global, dan pemerintah Indonesia yang juga menargetkan reduksi emisi hingga 41 persen di tahun 2030, serta net zero emission,” ujar Joshi dikutip dari keterangannya, Rabu 24 Januari 2024.
Menurutnya ada banyak cara yang sudah dilakukan untuk menekan emisi, yaitu produksi mobil mild hybrid, kegiatan CSR dan mengedukasi sekolah di daerah, maupun implementasi reduksi karbon di seluruh pabrik.
Sistem reduksi karbon di lingkungan pabrik Suzuki didukung sejumlah inisiatif yang penerapannya berfokus untuk mencapai upaya menekan emisi karbon dari hulu hingga ke hilir.
Pertama vendor menyuplai bahan produksi kepada pabrik Suzuki sudah bebas dari 30 bahan kimia berbahaya yang disahkan secara global. Sampai 2023 sudah ada 464 vendor yang memenuhi standarisasi itu.
Selain itu vendor juga ditargetkan mengurangi 5 persen emisi di keseluruhan proses produksinya setiap tahun, dimulai dari 2024. Menurutnya ini langkah konkret yang dilakukan untuk mereduksi karbon sampai 2060.
Suzuki menargetkan beberapa inisiatif diantaranya penanaman tanaman sebagai ekosistem yang menunjang mitigasi perubahan iklim dengan penyerapan, dan penyimpanan karbon biru mengurangi emisi di berbagai wilayah Indonesia.
Kemudian penerapan teknologi yang digunakan di pabrik Suzuki, salah satu yang utama adalah pemanfaatan solar panel di beberapa titik pabrik Suzuki sebagai sumber energi listrik terbarukan.
Selain itu menerapkan konversi energi dengan penggunaan water boiler yang memungkinkan pemanfaatan ulang energi panas yang dihasilkan dari proses pengecatan kendaraan.
Cara itu diterapkan karena proses painting pada dasarnya penyumbang karbon terbesar dalam produksi kendaraan jika dibandingkan dengan proses lainnya seperti pencetakan, pengelasan, perakitan, dan pengecekan kualitas.
Proses painting, atau pewarnaan yang sangat steril ini menyumbang kurang lebih 50 persen karbon dalam proses produksi kendaraan.
Rangkaian akhir mengumpulkan limbah yang dihasilkan selama proses produksi, seperti baterai tidak terpakai, pasir bekas produksi, kaca, keramik, kayu, potongan metal, dan sampah lainnya.
Kemudian memastikan limbah produksi tersebut melalui proses daur ulang oleh pengelola limbah sehingga tidak mencemari lingkungan.
Dalam tiga tahun terakhir, Suzuki Indonesia berhasil mencatatkan lebih dari 9,000 ton sampah yang disalurkan untuk didaur ulang, guna mencegah dampak negatif terhadap lingkungan sekitar.
“Kami optimis dapat mencapai target milestone untuk mereduksi karbon lebih dari 41 persen pada 2030, dan mengoptimalkan langkah menuju target reduksi karbon yang lebih besar lagi pada 2060 mendatang,” sambungnya.