KA Turangga Adu Banteng dengan KA Bandung, Kenapa Kereta Api Gak Bisa Rem Mendadak
"Saat masinis mengaktifkan sistem pengereman, udara tadi akan didistribusikan melalui pipa kecil di sepanjang roda dan membuat friksi (gesekan) pada roda. Friksi ini yang akan membuat kereta berhenti," tulisnya.
Seperti contoh kereta api di Daerah Operasi (DAOP) 8 Surabaya, untuk berhenti dari kecepatan 120 km per jam jaraknya 860 meter, jika kecepatan 110 km per jam maka jarak berhentinya 750 meter, kalau 100 km per jam jarak berhenti 505 meter, dan kecepatan 90 km per jam baru bisa berhenti setelah 480 meter.
Sangat jauh, tidak heran jika kecelakaan seperti adu banteng masih bisa terjadi karena batas jarak pandang sehingga masinis tidak bisa melakukan ancang-ancang dari jarak pengereman, pun dengan kendaraan yang kerap dihantam kereta karena nekat melintas.
Walaupun kereta telah dilengkapi dengan rem darurat, rem ini tetap tidak bisa berhenti mendadak. Rem ini hanya menghasilkan lebih banyak energi dan tekanan udara yang lebih besar, untuk menghentikan kereta lebih cepat.
"Jadi, meskipun masinis melihat ada yang menerobos palang kereta, biasanya akan tetap terlambat melakukan pengereman," jelasnya lagi.
Selain kecepatan kereta api, yang mempengaruhi pengereman, ada beberapa faktor. Seperti kemiringan rel, persentase gaya pengereman, jenis kereta api barang atau penumpang, dan terakhir adalah cuaca.
Sementara itu, rem darurat juga tidak bisa membuat kereta api berhenti mendadak, melainkan hanya untuk menambah energi dan tekanan dalam mengerem. Pengereman kereta api dilakukan dengan tekanan udara.