Test Drive All New Daihatsu Ayla, Lebih Bertenaga dan Irit BBM
100kpj – PT Astra Daihatsu Motor memberikan kesempatan 100kpj bersama media nasional lainnya untuk menguji All New Daihatsu Ayla di Kawasan Yogyakarta selama 3 hari. Lalu gimana kelebihan, dan kekurangannya?
Produsen mobil Daihatsu di Indonesia itu menyediakan 8 unit All New Ayla 1.2 R ADS (Astra Daihatsu Styling) atau tipe tertinggi. Di dalam mobil berisikan 3-4 orang, dengan rute perjalanan yang cukup beragam.
Desaing eksterior, dan interior masih agak mirip Perodua Axia sebagai saudara kandungnya di pasar Malaysia, namun lebih sporti dari generasi sebelumnya. Lebih banyak aksen hitam, dibandingkan krom.
Penerangan utama LED, dilengkapi DRL (daytime running light) segaris di bumper bawah sebagai pemanis. Namun untuk lampu pengereman, dan sein masih bolham biasa, dan tidak terdapat high mount stop lamp.
Menariknya desain velg berukuran 14 inci dibuat agak mirip brand aftermarket, yaitu Rayz Ce28 warna gunmetal, atau hitam keabuan. Keempat roda itu dibalut ban GT Radial Champiro Eco berukuran 175/65.
Masuk ke dalam kabin, Ayla baru untuk tipe tertinggi masih mempertahankan jok depan model pocong, alias semi bucket dibalut bahan fabrik. Berbeda dengan Toyota Agya G CVT yang sudah terpisah dengan head rest.
Posisi berkendara, visibilitasnya sangat baik untuk postur tinggi 175 cm dengan pengaturan setir hanya tilt steering, atau naik dan turun. Ruang kepala, dan kaki cukup lega, dan bekerndara jarak jauh masih nyaman.
Panel klister, atau odometernya masih konvensional model jarum namun dilengkapi dengan MID (Multi Information Display). Untuk tipe tertinggi, sistem hiburan didukung head unit 7 inci model floating layar sentuh.
Head unit itu bisa terhubung dengan smartphone melalui Bluetooth, atau Android Auto, dan Apple CarPlay. Sehingga bisa memutar musik secara online, melihat tampilan peta jalan atau Google Maps, dan lain-lain.
Saat pertama kali menghidupkan mobil, ciri khas mesin tiga silindernya cukup terasa, yaitu tidak terlalu halus. Ada sedikit getaran saat mobil stop and go, namun tidak terlalu terasa dibandingkan Agya GR Sport.
Hari pertama, perjalanan dimulai dari Bandara Yogyakarta, menuju Kopi Julotundo, Kulon Progo dengan permukaan aspal yang mulus ciri khas perkotaan, berbeda ketika berlanjut ke Karang Pramuka, Kaliurang.
Untuk menuju kaki Gunung Merapi itu, kami melewati jalan menanjak, dan turunan terjal dengan permukaan aspal, dengan sedikit bebatuan. Jalan serupa juga kami lalui di hari kedua saat menuju Candi Ratu Boko.
Torsi dari putaran bawah dari mesin barunya itu mampu melahap tanjakan tanpa memberikan raungan mesin yang berlebihan, bahkan bisa lebih respnsif ketika tuas transmisi matik D-CVT (Dual Mode Continuously Variable Transmission) dipindahkan ke ‘S’.
Sementara saat turunan tajam, kami memindahkan transmisi matiknya ke ‘B’ agar meminimalisir kerja pengereman, dengan posisi gigi rendah itu secara otomatis mobil memberikan engine brake namun tetap halus.
Mengingat mobil perkotaan di kelas LCGC (Low Cost Green Car) itu sudah mampu melewati jalanan ekstrim yang bukan habitatnya, maka untuk jalan di dalam kota bisa dibayangkan akseslerasi mesin barunya itu.
Meski mobil bermuatan 4 penumpang dengan bobot rata-rata 80 kilogram, belum termasuk barang bawaan di bagasi belakang, putaran mesin dari bawah responsif, dan nyaman digunakan untuk stop and go.
Untuk kecepatan 80 km per jam hanya membutuhkan 1.800-2.000 rpm secara konstan. Karena Ayla pakai transmisi matik yang menggabungkan sabuk baja dengan planetary gear maka ada sedikit tonjokan di putaran atas.
Artinya cara kerja matiknya tidak linear, atau rata dan halus dari rpm rendah ke tinggi seperti CVT pada umumnya. Lalu gimana konsumsi BBM-nya?
Melewati jalanan yang beragam, dengan bobot yang diangkut, konsumsi bahan bakar Ayla dengan jarak tempuh 101 kilometer tercatat 13,2 km per liter di layar MID. Tergolong irit, terlebih kecepatan dan putaran mesin tidak konstan selama pengujian.
Oh iya, handling Ayla terbaru dengan platform DNGA (Daihatsu New Global Architeture) lebih rigid dari versi sebelumnya, namun ayunan suspensi tidak terlalu keras untuk melewati jalanan dengan permukaan rata.
Gejala limbung, dan body rollnya juga lebih baik. Meski ukuran roda tergolong kecil, untuk putaran setirnya agak berat namun radiusnya luas, sehingga dengan perpaduan sasis rigid tersebut tetap memberikan fun to drive.