Sebelum Meninggal Lord Rangga Sunda Empire Bongkar Asal Usul Pelat Nomor Kendaraan
100kpj – Lord Rangga meninggal dunia, Rabu 7 Desember 2022. Kabar duka tersebut berdasarkan status akun Facebook Pesona Ketanggungan yang mengucapkan bela sungkawas atas wafatnya pimpinan Sunda Empire itu.
“Innalilahi wa innailaihi rojiun. Telah meninggal dunia Edi Raharjo alias Lord Rangga bin almarhum Murwat Hadi Wijaya,” tulis statusnya.
Masih dalam keterangannya, Lord Rangga meninggal pukul 05.30 WIB pagi di Rumah Sakit Bunda Tanjung, Kabupaten Brebes. Tidak ada informasi penyebab meninggalnya pria yang disapa Rangga Sasana tersebut.
Diketahui, semasa hidupnya banyak pernyataan kontriversi yang dilontarkan saat tampil di televisi, media sosial, dan berbagai channel Youtube. Salah satunya adalah terkait asal usul pelat nomor kendaraan di Indonesia.
Lord Rangga sempat menyebut, huruf awal pelat kendaraan bermotor di wilayah DKI Jakarta, yaitu B merupakan singkatan dari British, atau Inggris Raya. Sedangkan D untuk Bandung dan sekitarnya adalah kepanjangan dari Deutsch.
Berbeda dengan wilayah Banten, pimpinan Sunda Empire itu menyebut awalan huruf A pada pelat nomor di daerah tersebut berasal dari insial Amerika. Menurutnya, Banten telah membantu kemerdekaan negara itu.
Padahal informasi yang dibicarakan oleh almarhum Rangga Sasana belum tentu benar, dan hanya sekadar bercandaan meski cara penyampaiannya serius. Lantas seperti apa sih asal usul pelat nomor di Indonesia?
Berdasarkan Undang-undang Nomor 29 tahun 2009, Pasal 68 ayat 3, Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) memuat kode wilayah, nomor registrasi, dan masa berlaku. Pelat nomor harus memenuhi syarat bentuk, ukuran, warna, dan cara pemasangan.
Peraturan terkait pencantuman kode wilayah di sisi kiri, dan nomor kendaraan kemudian diatur dalam pasal 280, setiap motor, mobil, kendaraan komersial wajib mencantumkan nomor identitas kendaraan, yaitu pelat nomor.
Merangkum dari beberapa sumber, atau literasi yang terbesar, huruf kode wilayah pelat nomor tersebut berasal dari penajajah kolonial pada 1800-an. Diambil dari kode huruf batlyon yang berhasil menguasai beberapa wilayah di RI.
Untuk wilayah DKI Jakarta dengan kode B berasal dari tentara Inggris yang menjajah Ibu Kota pada saat itu bernama Batavia, dan menjadi tanda kekuasan batlyon B. Sedangkan A untuk wilayah Banten karena batalyon A berhasil merebut wilayah Banten.
Sedangkan batalyon L menduduki Surabaya, dan batlyon M menguasai Madura pada saat itu, kode wilayah tersebut sesuai dengan pelat nomor kendaraan saat ini.
Sedangkan batlyon C, I, J, 0, Q, U, V, W, X, Y, Z tidak ikut bertempur atau menguasai wilayah mereka hanya sebagai pasukan cadangan di medan perang. Namun hingga akhirnya tetap dijadikan kode wilayah.
Sedangkan bebera[a daerah memiliki dua huruf, seperti Yogyakarta AB, dan Solo AD. Ternyata kedua wilaya itu dikuasi Kerajaan Mataram, bukan kekuasaan penjajah Inggris, atau Belanda sehingga dianggap negara sendiri.
Kerajaan Mataram bergabung dengan Inggris, pada saat itu dikirim batalyon A dan B untuk ke Yogyakarta. Sehingga kode wilayahnya sampai saat ini AB, dan di Solo AD.
Thomas Stamford Raffles membentuk wilayah administratif berdasarkan kode militer tersebut setelah Inggris berhasil menguasai pulau Jawa pada saat itu. Dilanjutkan dengan pasukan Belanda pada 1816 yang berpengaruh pada kode wilayah di Sumatera, Kalimatan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara.
Sekadar informasi, Perancis menjadi negara pertama atau pencetus terbentuknya pelat nomor pada kendaraan hingga digunakan di seluruh dunia.