Pertama di Indonesia, Ambulans Ini Bisa Jalan Tanpa Bensin
100kpj – PT Sokonindo Automobile sebagai produsen mobil DFSK di Indonesia turut meramaikan ajang Hospital Expo di JCC Senayan, pada 19-21 Oktober 2022. Dalam pameran tersebut jenama asal China itu merilis ambulans listrik.
Ambulans yang bisa jalan tanpa bensin tersebut berbasis DFSK Gelora E, dikembangkan bersama karoseri Cahaya Kurnia Mandiri. Tidak ada informasi terkait rumah sakit, atau perusahaan medis yang kepincut dengan produk tersebut.
Baca juga: Wujud Toyota Innova Hybrid, Meluncur di Indonesia Tahun Ini
“Ambulans DFSK Gelora E saat ini menjadi ambulans listrik pertama, dan satu-satunya di Indonesia untuk mendukung transisi menuju zero emission,” ujar Marketing Head PT Sokonindo Automobile, Achmad Rofiqi dikutip dari keterangannya, Rabu 19 Oktober 2022.
Menurutnya perusahaan siap membantu mengakselerasi ekosistem kendaraan listrik dengan menyediakan sejumlah teknologi yang bisa dipilih sesuai kebutuhan.
Ambulans tanpa emisi itu ditawarkan dalam tiga konsep, yang pertama untuk unit gawat darurat, transportasi, dan khusus angkut jenazah. Ketiga kategori tersebut sesuai dengan peraturan Kementerian Kesehatan
DFKS Gelora E dalam kondisi standar ditawarkan dalam dua varian, yaitu mini bus, dan blind van. Untuk dimensi panjangnya mencapai 4.500 mili meter, lebar 1.680 mm, dan tinggi 1.960 mm.
Daya angkutnya untuk model mini bus tujuh penumpang, sedangkan blnd van untuk keperluan logistik atau barang-barang dengan panjang kabin 2,63 meter, dan luasnya 4,8 meter kubik.
Mobil pelahap seterum itu dipersenjatai baterai Lithium-ion berdaya 42 kWh yang diklaim mampu menempuh jarak 300 kilometer berdasarkan pengujian New European Driving Cycle atau NEDC.
Untuk pengisian dayanya hanya memerlukan waktu 80 menit dari kondisi 20 persen, sampai 80 persen menggunakan alat khusus atau fast charging.
Sedangkan untuk pengisian reguler, Gelora E memiliki sistem pengisian normal yang cocok untuk lingkungan listrik rumah tangga dengan daya rata-rata 220V 16A.
Jika dikalkulasikan, biaya yang perlu dikeluarkan sekitar Rp200 perak untuk jarak per kilometer, atau setara sepertiga lebih murah dari penggunaan kendaraan bermesin pembakaran.
Mengingat fungsinya sebagai kendaraan komersial, atau pengangkut barang maka didukung dengan tenaga yang mumpuni. Sehingga bisa diandalkan di berbagai situasi dengan torsi maksimum mencapai 200 Nm.