Mengukur Peluang RI Jadi Pemain Utama di Pentas Elektrifikasi Dunia
100kpj – Beberapa waktu lalu, CEO perusahaan mobil listrik Tesla, Elon Musk sempat menyampaikan kekagumannya terhadap ketersediaan nikel di Indonesia. Sebab, seperti yang sama-sama kita tahu, unsur kimia logam tersebut merupakan elemen terpenting dalam pembuatan baterai berdaya besar.
Melalui akun Twitter pribadinya, Elon mengatakan, nikel merupakan tantangan terberat perusahaan dalam produksi baterai berdaya besar. Menariknya, saat ketersediaan nikel di negaranya, Amerika Serikat, tak cukup berlimpah, Indonesia justru menjadi negara dengan cadangan nikel terbanyak di dunia.
“Nikel merupakan tantangan terbesar untuk pembuatan baterai yang awet dan berdaya besar. Australia dan Kanada sudah melakukan yang terbaik, Amerika Serikat sangat lambat dalam hal tersebut, sedangkan Indonesia menjadi yang terhebat,” tulis Elon Musk pada akhir Juli 2020 lalu.
Baca juga:Bahas Investasi Tesla, Elon Musk Bakal Kirim Tim Khusus ke Indonesia
Pernyataan Elon bukannya tanpa alasan. Sebab, berdasarkan data Geological Survey AS yang diolah investingnews.com, hingga 2019 lalu, Indonesia masih merupakan produsen nikel terbesar di dunia, yakni 345 ribu metric ton. Sedangkan cadangannya dikatakan mencapai 21 juta metric ton.
Itulah mengapa, pihaknya disebut-sebut tertarik berinvestasi dan memberikan kontrak ‘raksasa’ berjangka panjang. Asalkan, nikel yang dibeli Tesla ditambang secara efisien dan tidak mencederai lingkungan.
Peluang Indonesia Jadi Pemain Utama Elektrifikasi Dunia
Seperti yang telah disinggung di awal, untuk membuat baterai kendaraan berdaya besar, dibutuhkan material logam bernama nikel. Maka, dengan ketersediaan yang berlimpah, bukan tak mungkin masa depan mobil listrik dimulai dari Indonesia. Apalagi, Presiden Jokowi agaknya menyimpan perhatian lebih dalam hal tersebut.
“Ini merupakan hal penting karena kami berencana menjadikan Indonesia sebagai produsen baterai lithium terbesar di dunia. Kami juga memiliki ketersediaan nikel yang berlimpah,” terangnya saat diwawancarai Reuters, beberapa waktu lalu.
Sementara menurut Menko Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan, ke depan Indonesia bisa menjadi pemain utama dalam peta industri mobil listrik dunia. Hal tersebut merupakan bentuk komitmen Indonesia untuk mencapai Paris Agreement pada 2030 mendatang.
Paris Agreement sendiri merupakan kerangka kebijakan jangka panjang bagi negara-negara untuk mengurangi emisi karbon. Pada tahun itu, seluruh negara di Eropa bakal mewajibkan semua kendaraan berbasis listrik, dan melarang energi fosil.
“Itu kan tinggal 10 tahun lagi. Itu yang kita targetkan. Pada 2025-2027 juga mereka mulai terapkan berapa puluh persen harus pakai mobil listrik. Kita pun secara bertahap akan mengarah ke sana,” kata Luhut.