VW Kodok Tenaga Listrik Pertama di RI, Jangan Tanya Biaya Modifnya
100kpj – Hebohnya kendaraan listrik di Indonesia bukan hanya diwarnai produk-produk baru. Namun ada juga yang menyulap mobil lawas, dengan mengganti mesin pembakarannya menjadi motor listrik sebagai penggerak utama.
Mobil yang dimaksud adalah Volkswagen Super Beetle lansiran 1973 milik Rudi Susanto. Mobil yang memiliki nama popular VW Kodok tersebut sudah tidak lagi memiiki mesin dan knalpot, karena sumber penggeraknya listrik.
Rudi yang juga tergabung sebagai anggota Perhimpunan Penggemar Mobil Kuno Indonesia (PPMKI) itu mengatakan, modifikasi dilakukan agar nasib mobil klasik tidak punah termakan zaman. Karena bahan bakar fosil akan menipis.
“Kendaraan klasik kami tidak ingin punah, caranya mengubah combustion engine. Karena pada 2040 kemungkinan bensin tidak ada. Dan dari efisiensi, ongkos perawatan lebih murah (listrik),” ujarnya di Balai Kartini, Jakarta.
Kolektor mobil klasik tersebut mengatakan, proses pengerjaan VW Kodok pelahap seterum itu memakan waktu setengah tahun. Karena untuk mendapatkan komponen seperti baterai, motor listrik hingga alat pengisian baterai dari luar negeri.
“Biaya antara Rp500 juta sampai Rp1 miliar, dan proses modifikasinya setengah tahun, karena saya menikmati prosesnya,” tuturnya.
Mobil klasik yang jadi ikon dalam film Herbie Fully Loaded tersebut awalnya menggendong mesin bensin 1.100cc dengan transmisi semi matik tiga percepatan. Kini bagasi belakang yang jadi tempat mesin boxer itu diganti baterai dan dinamo.
“Mesin aslinya kami turunkan, karena sudah air coolant jadi tinggal ganti motor listrik, tapi gearbox masih aslinya. Menggunakan electric motor synchronous, baterainya Lithium-ion 40 kWh (kilowatt hour),’ sambungnya.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi baterainya dari kosong sampai penuh sekitar empat jam. Untuk jarak tempuhnya, VW Kodok yang kini tidak memiliki suara tersebut diklaim bisa berjalan 150 kilometer sampai baterai benar-benar habis.
Agar baterai tetap awet, Rudi menambahkan komponen pada sistem pengereman, yakni berupa sensor electric brake dan vakum. Fungsinya agar daya tekan saat melakukan pengereman menghasikan tenaga yang disalurkan ke baterai, mirip seperti teknologi hybrid.
“Karena dari regrenatif itu ada satu sensor di master brake diatambah sensor pressure akan convert ke besaran electric. Pada saat dia (kaliper atau tromol) menekan akan memberikan informasi berbeda, berupa tegangan listrik dan masuk ke baterai,” katanya.