100kpj – Berbeda dengan merek roda empat yang mulai diterima secara global, perusahan sepeda motor asal China terlihat masih kesulitan menghadapi sengitnya persaingan pasar. Saat ini, peredaran roda dua masih dikuasai jenama asal Jepang.
Namun perlahan, industri sepeda motor di Negeri Tirai Bambu mulai mendapat pengakuan, setelah belum lama lalu, pabrikan raksasa asal Amerika Serikat, Harley-Davidson mendatangani nota kesepakatan dengan Qianjiang Motorcycles terkait pembuatan motor Harley bertenaga kecil.
PT Benelli Motor Indonesia (BMI), selaku agen penjualan yang siap membawa masuk model tersebut ke Tanah Air menyatakan, keputusan Harley memilih perusahaan asal Cina sebagai mitra produksi merupakan bukti bahwa tingkat kepercayaan publik terhadap produk buatan Tanah Shaolin kian meningkat.
“Kita lihat, perusahaan sebesar Harley-Davidson bahkan sudah mulai percaya sama perusahaan China. Sebelum memutuskan kerja sama dengan Qianjiang, mereka sempat mempertimbangankan pabrikan China lain. Tapi akhirnya jatuh cinta ke Qianjiang karena manejemennya Geely,” ujar Direktur PT BMI, Steven Kentjana di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Lantas mengenai strategi, kata dia, perusahaan sepeda motor China tidak boleh bergesekan langsung dengan merek populer asal Jepang. Artinya, jangan sampai memproduksi model yang sama. Sebab, apabila hal itu tetap dilakukan, konsumen pasti memilih produk yang lebih familiar.
“Kami (perusahaan China) memilih untuk tidak head to head secara langsung dengan merek Jepang. Sempat awal-awal kita keluarkan produk yang sama dengan mereka (Jepang) di pasar. tapi sejak dua tahun lalu kami coba buat yang berbeda,” kata dia.
“Pastinya kami melihat segmen yang pemainnya belum banyak, yang tidak terlalu mereka seriusi. Di situlah kami coba untuk masuk,” sambungnya.
Selain melalui upaya tersebut, strategi yang digunakan pabrikan China untuk merengkuh pasar global adalah dengan cara aktif mengikuti pameran akbar. Hal itu dilakukan, agar konsumen dari berbagai kalangan bisa lebih mengenal produk buatan mereka.
“Kita tidak ingin munafik, untuk merek baru—terutama di luar Jepang, selalu punya keraguan di benak konsumen. Kira-kira ini akan bertahan tidak, atau sejenisnya. Jadi, kami harus buktikan eksistensi kami, dengan menghadiri pameran-pameran otomotif besar seperti IIMS atau GIIAS,” tutup Steven.
(Laporan: Septian Farhan Nurhuda)