100kpj – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) memberikan pejelasan perihal penyebab emisi karbon mobil listrik berbasis baterai (battery electric vehicle/BEV) lebih tinggi dibandingkan mobil hybrid dan konvensional. Besarnya emisi karbon tersebut dikarenakan proses pembuatan baterai.
Penjelasan ini juga sebagai klarifikasi atas pernyataan Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang terkait emisi karbon mobil listrik yang diklaim lebih tinggi dibandingkan mobil hybrid maupun konvensional. Alhasil, prnyataan Menperin ini sempat dipertanyakan banyak pihak.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi dan Alat Pertahanan (IMATAP) Kemenperin R Hendro Martono, menyampaikan bahwa sejumlah pihak tidak memahami konteks secara utuh dalam rapat kerja Kemenperin Dekarbonisasi yang dilaksanakan pada tanggal 11 Oktober 2023 yang lalu, saat Menperin memberikan pernyataan tersebut.
"Dalam raker dibahas upaya upaya strategis yang merujuk hasil beberapa studi diantaranya oleh McKinsey and Company yang melihat dalam proses pembuatan baterai BEV mengeluarkan emisi sekitar 40 persen lebih tinggi dibanding (mobil) hybrid dan bensin karena proses ekstraksi mineral lithium, kobalt dan nikel," ujar Hendro, seperti yang dikutip dari Antara, Selasa 24 Oktober 2023.
Merujuk kajian tersebut, Hendro mengatakan, untuk mencapai dekarbonisasi ekosistem mobil listrik diperlukan energi listrik terbarukan dengan mengurangi bauran sumber listrik dari fosil. Baik untuk energi kendaraan listrik juga pemprosesan mineral untuk pembuatan baterai itu sendiri.
Selanjutnya, perlu ada fasilitas daur ulang (recyling) baterai yang tersedia sehingga baterai bekas kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) dapat didaur ulang atau dijadikan energi penyimpanan sekunder.