100kpj – Meskipun kini penampilannya sudah tidak kompetitif di MotoGP, tapi menjalani karir selama 25 tahun di ajang balapan motor paling bergengsi di dunia, banyak prestasi yang telah berhasil diukir oleh seorang Valentino Rossi.
Kini Valentino Rossi mau membongkar rahasia, salah satu penyebab dirinya bisa sukses menjadi seorang pembalap. "Saya itu sebenarnya kidal, tapi tipe yang khusus karena saya ambidextrous, artinya saya juga bisa melakukan hal yang sama secara baik dengan tangan kanan saya," ungkap Rossi dikutip oleh BT Sport.
Secara medis, ambidextrous menunjukkan bahwa kemampuan sisi kiri dan kanan otak dari orang tersebut cukup seimbang. Tak jarang, orang dengan ambidextrous mengetahui kemampuan itu dari keterampilannya menggunakan tangan kiri alias kidal.
Nah, sebangai seorang pembalap tentu Valentino Rossi dapat merasakan keuntungan menjadi seorang Ambidextrous.
"Di mana keuntungannya? Ketika menikung. Tak semua pembalap bisa melaju dengan sama cepat di tikungan kiri dan kanan, persisnya, dalam hal mengatur akselerasi," kata Valentino Rossi yang kini membela tim Petronas Yamaha SRT.
Tak bisa disangkal bahwa kemampuan cornering atau menikung, telah menjadi kekuatan Valentino Rossi selama bertahun-tahun. Dan sebagai seorang ambidextrous, ia dapat lebih mudah bermanuver dengan cepat, baik saat menikung ke kiri ataupun kanan.
"Saya merasa mampu berkendara dengan sedikit lebih cepat, jadi mungkin (ambidextrous) itulah alasannya," beber The Doctor.
Namun kini berbeda, seiring dengan bertambahnya usia sehingga Valentino Rossi tidak bisa memaksimalkan ambidextrous sebagai kelebihan. Apalagi kini Valentino Rossi sering mengeluh, tidak cocok dengan ban Michelin.
Hal itu juga yang menjadi salah satu alasan penyebabnya, Valentino Rossi mengalami penurunan kecepatannya. "Sejak 2019 saya kerap mengalami masalah ini: setelah tujuh-delapan lap pertama balapan, ban belakang mengalami aus yang parah. Hampir seperti terbakar," kata Valentino Rossi.
Kini, meskipun Valentino Rossi sebagai seorang ambidextrous namun tapi tidak bisa menjadi salah satu keuntungannya.
Buktinya untuk bertahan di posisi atau finish di posisi 10 besar saja sulit, apalagi untuk memenuhi target untuk bisa podium ke-200 di kelas MotoGP.