Entah bercanda atau tidak, pada kesempatan tersebut, Rossi meyakinkan motornya dengan berbagai kalimat penyemangat. Dia seakan-akan berbicara dengan makhluk yang bisa memahami ucapannya.
"Saya coba bicara dengannya, menyemangatinya, bilang padanya bahwa pada saat start, hanya ada saya dan dia, dan kami harus coba naik podium. Saya bilang padanya bahwa ia harus membantu saya dalam momen sulit. Ia tak pernah menjawab, namun jika ia menjawab, saya takkan kaget," tuturnya.
Lebih jauh, Rossi menambahkan, ritual tersebut merupakan momentum yang memisahkan antara kehidupan sosialnya dengan balapan. Artinya, setelah itu, tak ada hal lain di kepalanya selain balapan dan memenangkan perlombaan.
"Saat berjongkok di sebelah motor, itulah momen terakhir saya, ketika saya harus memotong semua 'jembatan' dengan semua hal selain balapan, bahkan 'jembatan' dengan semua orang yang ada di grid saya. Setelahnya, saya hanya boleh memikirkan balapan," kata dia.