"Tapi ya cuma pabrikan itu saja, selebihnya pabrikan seringnya menawarkan nilai kontrak yang murah," kata Topan.
Rafid Topan bercerita bahwa hampir semua pabrikan di Indonesia yang mengikuti ajang balapan pernah menawari Topan jadi pembalapnya, bahkan sejak tahun 2011 sudah ada pabrikan yang menawarinya untuk bergabung ke dalam tim balapnya, hanya saja selalu Topan tolak lantaran bayarannya yang murah.
"Memang sih, biasanya pabrikan menjanjikan saya bisa tampil di kancah internasional, tapi kalau bayarannya murah buat apa?," tegasnya.
Meski demikian Rafid Topan pun mengerti jika pabrikan itu punya tujuan atau program pembinaan, makanya Topan enggak heran jika dibayarnya murah, karena memang tujuan tim pabrikan itu untuk pembinaan.
"Nah kalau tim pabrikan memakai jasa pembalap yang sudah berpengalaman atau sudah punya prestasi dengan bayaran yang besar, berarti program pembinaannya tersebut tidak sesuai," bilang Topan.
Karena program tim pabrikan di Indonesia dengan tim pabrikan di MotoGP itu berbeda, di MotoGP balapan sudah masuk ke dalam sebuah industri, sehingga menjadi hal yang biasa jika pembalap pabrikan di MotoGP dibayar mahal, sementara di Indonesia tim pabrikan itu untuk program pembinaan.