100kpj – Kinerja Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan atau Mendikbud mendapat kritikan dari berbagai pihak. Ia disebut-sebut tak bekerja sungguh-sungguh selama masa pandemi. Bahkan, berdasarkan survei yang digelar Indonesia Political Opinion, Nadiem masuk jajaran lima menteri yang layak diganti.
Belum lagi sekelumit masalah lain, seperti kebijakan mengenai sistem belajar yang dirasa tak ideal, serta metode penerimaan siswa baru yang agaknya tak diharapkan banyak pihak. Lantas, masihkah dirinya pantas mengisi jabatan sebagai Mendikbud RI?
Baca juga: Terancam Dicopot Jokowi, Harta Berjalan Menteri Nadiem Tembus Miliaran
Beberapa hari lalu, pengamat politik sekaligus Direktur Mahara Leadership, Iwel Sastra berujar pada media, bahwa kualitas serta kapasitas Nadiem sebenarnya tak perlu diragukan. Namun, kata dia, mantan bos Gojek itu sebaiknya bukan ditempatkan di Mendikbud, melainkan posisi lain yang sesuai dengan latar belakangnya.
"Dan kalau pun Nadiem masih ingin dipertahankan di kabinet, maka harus dicarikan posisi yang pas dengan latar belakangnya sebagai pengusaha daring," terangnya, dikutip Jumat 10 Juli 2020.
Jika kita menengok sedikit ke belakang, sebenarnya Nadiem sempat ditentang saat keluar dari Gojek dan memilih kerja untuk pemerintah. Sebab, ia merupakan otak berdirinya layanan ride-hailing di Indonesia. Banyak pihak beranggapan, di sanalah habitat asli pria berkacamata tersebut.
Menjadi Menteri Tak Sama dengan Memimpin Gojek
Saat masih di Gojek, Nadiem berhasil membuat perusahaan ojek online itu besar. Tangan dinginnya mampu menerbangkan Gojek hingga ke negeri tetangga seperti Singapura, Vietnam, dan Thailand. Bahkan, bisnis uang elektroniknya, yakni GoPay juga semakin menjanjikan.
Namun keberhasilannya itu tak mampu ia lanjutkan di kursi pemerintahan. Menurut Mantan ketua DPR Marzuki Alie, menjadi menteri tak sama seperti saat memimpin Gojek. Kata dia, Nadiem selalu mengutarakan harapannya mengenai pendidikan berbasis daring, namun sayang, implementasinya kurang merata.
"Listrik masih byarpet, sinyal internet yang masih parah, kuota internet yang mahal, ditambah kesiapan guru/dosen adalah masalah-masalah pendidikan yang belum tampak progres di masa kepemimpinan Mas Nadiem," terang Marzuki dikutip dari Wartaekonomi.
“Ini jelas menteri mau menjadikan pendidikan seperti Gojek, melepaskan tanggung jawab pemerintah sebagaimana dalam Pembukaan UUD 1945," kata dia menambahkan.
Diminta Kembali ke Gojek
Sekretaris Jendral atau Sekjen Pergerakkan Kedaulatan Rakyat (PKR), Yos Nggarang berujar, Nadiem belum menunjukkan peran terbaik dalam kapasitasnya sebagai menteri. Alih-alih terus bertahan, Yos meminta dirinya segera melepas jabatan, dan kembali mengurus Gojek.
“Kalau pendidikan tidak bisa dibenahi, sebaiknya Nadiem fokus ke Gojek saja. Dan untuk Pak Jokowi, tolong serius membenahi pendidikan dengan melakukan reshuffle,” tulis Yos melalui akun Twitter pribadi.