“Sudah menjadi tugas negara agar semua hasil energi primer bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat. Tentu saja energi itu harus sesuai dengan harga sebenarnya supaya rakyat menikmati dampaknya guna mempertahankan hidup,” kata Bambang.
Maka itu, Bambang mendesak Presiden Joko Widodo turun tangan serta memperingatkan para menterinya dan Pertamina supaya tidak terjebak dalam permainan spekulan atau kartel minyak.
“Ini kesempatan bagi Presiden Jokowi untuk membuktikan benar-benar pro-rakyat. Jika harga solar turun sesuai harga sebenarnya, berarti Presiden telah berani menyikat kartel energi yang membuat harga BBM mahal,” ujarnya.
Merujuk data Globalpetrolprices.com, harga BBM khususnya solar terus turun sejak akhir Januari. Sebagian besar negara di ASEAN telah menyesuaikan harga solar seiring dengan penurunan harga minyak dunia, kecuali Indonesia.
Malaysia jadi negara paling agresif menyesuaikan harga solar dan menjadi yang terendah di ASEAN, yakni 0,32 dolar AS per liter per 27 April 2020. Sedangkan, Indonesia masih mempertahankan harga 0,67 dolar AS per liter sejak 2 Maret sampai sekarang.
Bambang menyoroti harga solar Indonesia lebih mahal dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya yang bukan penghasil minyak, seperti Filipina, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Myanmar. Indonesia hanya lebih murah dari Singapura dan Laos.
Dia menegaskan Indonesia tidak bisa disamakan dengan negara ASEAN lainnya yang bukan penghasil minyak, termasuk dengan Malaysia yang menjual BBM lebih murah.