100kpj – Pada periode awal 2000-an, skuter matik merupakan jenis sepeda motor baru yang kurang digandrungi konsumen. Berbagai alasan menjadi penyebab, mulai dari bentuknya yang tidak seperti ‘motor’ pada umumnya, hingga ketakutan mereka mengenai tingkat ketahanan mesin yang dinilai kurang tangguh.
Manager Public Relation PT Yamaha Indonesia Motor Manufacturing atau YIMM, Anton Widiantoro mengatakan, bahwa saat pertama kali Yamaha menjual skuter matik di Indonesia, tanggapan konsumen rata-rata memang negatif. Perusahaan berlogo garpu tala itu pun sampai ‘berdarah-darah’ untuk meyakinkan mereka bahwa motor tersebut lebih nyaman digunakan.
Anton pun sempat memutar ingatannya jauh ke belakang. Dirinya berkisah, bahwa pendekatan yang pihaknya lakukan saat itu memang menyasar kalangan wanita. Sebab, ada pandangan yang menyebutkan bahwa Kaum Hawa tidak aman bepergian ke luar rumah sendirian, apalagi mengendarai sepeda motor.
“Pada awalnya, segmentasi kami (terhadap skuter matik) memang ke arah pasar wanita. Karena waktu itu hasil survey kami, banyak wanita yang takut dan tak dibolehkan naik motor,” ujar Anton kepada 100KPJ di Tangerang.
Baca juga: Soal Tren Sepeda Motor, Banyak Negara Lain Ikut-ikutan Indonesia
“Nah, kami lihat populasi wanita di Indonesia itu besar sekali, jadi kami pikir—kenapa tidak masuk ke sana? Angka produktivitasnya juga tinggi, makanya kami jadikan target market, dan ternyata cukup berhasil,” kata dia menambahkan.
Pendekatan pasar itu mereka lakukan dengan membuat iklan komersial yang banyak menampilkan wanita sebagai subyek pengendara skutik. Bahkan, kalimat ‘wanita jangan mau ketinggalan’ menjadi tagline yang saat itu Yamaha usung untuk produknya tersebut.
Namun perlahan, pasar mulai berubah. Bukan hanya wanita, pria juga mulai menyukai skuter matik. Menariknya, hal itu terjadi tanpa rencana, alias mengalir begitu saja.
Baca juga: Iklan Yamaha Mio Pertama di Indonesia
“Sebenarnya tidak ada perubahan citra produk, dari yang semula motor wanita menjadi pria. Kami juga tidak melakukan rebranding pada iklan. Semua mengalir begitu saja,” terangnya.
Anton secara detil menjelaskan, saat pihaknya mengadakan pertemuan komunitas atau gathering Mio, anggota yang hadir lebih didominasi kaum Adam, ketimbang wanita. Bahkan uniknya, kata dia, ada sebagian dari mereka yang datang menggunakan motor milik istrinya. Berkat kenyataan itu, Yamaha mulai melihat pasar skutik di Indonesia mengalami ekspansi cukup besar.
Itulah mengapa, kala itu, Yamaha mulai menghadirkan pilihan skutik dengan warna-warna maskulin yang tampil lebih gelap. Tahun berganti tahun, saat ini motor jenis tersebut menjadi penguasa pasar di Tanah Air dengan catatan hampir 90 persen penjualan. Anton pun menyebut bahwa fenomena skutik di Indonesia merupakan suatu hal yang unik.
“Dulu siapa yang bisa membayangkan motor matik bakal laku seperti sekarang? Mungkin tidak ada,” tutupnya.