100kpj – Hubungan kedua negara antara Indonesia dengan Malaysia memang kembang kuncup, layaknya dua orang adik kakak kadang akur bermain bareng, kadang juga keduanya bisa berbeda pendapat hingga suasananya tegang.
Penyebab dari tegangnya hubungan kedua negara ini beragam, biasanya yang paling cepat mengundang reaksi masyarakat Indonesia adalah ketika militer Malaysia melintas melewati batas garis perbatasan dan masuk ke wilayah Indonesia, baik laut maupun udara dan itu sering dilakukan berulang seolah meremehkan dengan dalih batas udara Indonesia dan Malaysia masih sangat abu-abu.
Padahal disisi lain kedua negara tersebut saling ketergantungan, seperti Malaysia yang sudah menjadi pelanggan setia Indonesia untuk memakai pesawat buatan Indonesia yakni CN235-220 yang dipakai oleh Royal Malaysian Air Force (RMAF) atau Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM).
Seperti yang diberitakan oleh laman resmi BUMN, bahkan PT Dirgantara Indonesia memberikan Certificate of Completion dan Certificate of Competent kepada Angkatan Udara Malaysia, penyerahan sertifikat tersebut merupakan bagian dari Rewiring Program untuk pesawat CN235-220 buatan PTDI yang diakuisisi RMAF tahun 1998 dan 1999 silam. Dalam program tersebut PTDI melakukan kerja sama Transfer of Technology (ToT) kepada pelanggan setianya ini.
Pasalnya pesawat CN235-220 ini sudah sekitar 20 tahun digunakan oleh Malaysia, jadi supaya usia pesawat dapat diperpanjang hingga 15 tahun, sub Direktorat Service PT DI melakukan Service Life Extention Program (SLEP) yang meliputi Structure Inspection, Replacement of Obsolescence Equitment, dan Rewiring atau Hernesses.
Selain untuk Angkatan Udara Malaysia, pesawat yang dibuat oleh PT DI di bandung juga ternyata dipakai oleh negara lain seperti Uni Emirate Arab, Thailand, Brunei Darussalam serta Nepal. Di Nepal, pesawat CN 235-200 ini digunakan oleh Nepalese Army atau Angakatan Darat Nepal.
Sementara di Indonesia, seperti dilansir dari laman resmi PT DI. Pesawat CN235-220 dapat digunakan untuk berbagai macam misi, seperti patroli perbatasan dan zona ekonomi eksklusif, maupun untuk dukungan misi pencarian dan penyelamatan (SAR).
Pesawat ini memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya, dapat lepas landas pada landasan yang pendek, bahkan di landasan yang belum beraspal dan berumput sekalipun. CN235-220 mengusung winglet di ujung sayap agar lebih stabil dan irit bahan bakar, sehingga mampu terbang selama 10-11 jam.
Pesawat ini dilengkapi fitur sistem avionik glass cockpit, dan autopilot. CN235-220 MPA juga dilengkapi dua consoles, 360o Search Radar yang dapat mendeteksi target yang kecil sampai 200 NM, Automatic Identification System (AIS), sistem pelacakan otomatis untuk mengidentifikasi kapal dengan objek yang mencurigakan.
CN235-220 ini juga dilengkapi sistem Identification Friend or Foe (IFF) Interrogator dan Tactical Computer System. Keduanya merupakan sistem identifikasi yang dirancang untuk mengetahui pesawat lawan atau kawan dan terintegrasi dengan sistem komputer untuk menganalisa dan menentukan strategi operasi.
Pesawat ini dilengkapi pula dengan sistem Forward Looking InfraRed (FLIR) untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan target, serta mampu merekam situasi di sekitar wilayah terbang untuk evaluasi misi.
Baca juga: Menhan Malaysia Bilang Pesawat Buatan Indonesia Lambat