100kpj – Industri otomotif Indonesia belakangan sedang bergelora, setelah banyak merek berlabel nasional turut meramaikan pasar. Bukan hanya motor, produk roda empat kini juga banyak tercipta melalui tangan-tangan anak bangsa. Lantas, sudah cukup merdeka kah kita dalam urusan mencipta? Nyatanya, tidak juga.
Secara tampilan, motor dan mobil buatan dalam negeri masih menyerupai produk lansiran China. Hal itu mengacu pada dimensi, bahasa desain, serta pemilihan warna yang diterapkan. Sehingga, timbul satu pertanyaan di benak masyarakat Indonesia, apakah kesamaan itu memang telah disepakati bersama, atau malah terjadi secara kebetulan?
Baca juga: Marak Label Nasional di Balik Motor-Mobil China di RI, Siapa Bermain
Pengamat otomotif senior sekaligus pengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu menduga, beberapa perusahaan otomotif nasional sejatinya masih bertumpu pada China terkait pemenuhan unit produksi. Artinya, kendaraan yang diklaim sebagai karya anak bangsa, tidak sepenuhnya dibuat di dalam negeri.
Hal itu cukup beralasan, sebab perusahaan nasional bernama PT Indo Jaya Motor Electric atau IJME melalui motor listriknya, Elvindo, mengaku masih mengandalkan impor komponen dari China yang kemudian dirakit di Tanah Air. Bahkan menurut Yannes, fenomena seperti itu sudah menjadi perkara lumrah di Indonesia.
“China merupakan salah satu produsen (otomotif) terbesar di dunia. Langkah bisnis yang mereka ambil juga terbilang berbeda dibandingkan negara-negara lain,” ujar Yannes, saat dihubungi 100KPJ.
Baca juga: Jiplak Punya Rusia, Jet Tempur J-15 Buatan China Ngeri Juga
Dirinya menambahkan, perbedaan yang dimaksud ialah mengacu pada proses pendistribusian unit terkait hasil produksi. Berdasarkan pengetahuannya, Yannes menyebut, hanya China satu-satunya negara yang mau memasarkan motor atau mobilnya ke konsumen di luar negeri dalam keadaan polos atau berstatus white label.
“Hanya China satu-satunya negara yang mau menjual produk tanpa mereknya (white label) ke negara lain untuk nantinya di-relabelling dan dijual sesuai kesepakatan,” terangnya.
Selain itu, ia juga berpendapat, tak sedikit perusahaan China yang mencoba bermain ‘halus’ dengan menjual semangat nasionalitas di balik produk buatan dalam negeri. Padahal, secara tak langsung mobil atau motor itu merupakan buah karya China yang hanya mendapat sedikit ubahan di Indonesia.
“Sejauh ini mereka (merek China) menggunakan label ‘nasional’ untuk keperluan branding saja. Mereka kelihatannya mau menjual isu nasionalisme demi keuntungan pribadi,” kata dia.