100kpj – Sebelum kehadiran skuter matik, motor jenis bebek sempat merajai penjualan merek roda dua di Indonesia. Kala itu, pabrikan berlomba-lomba menghadirkan model dengan teknologi serta mesin terbarukan. Namun sayang, kini tunggangan yang dikenal lincah itu hanya berstatus sebagai ‘pelengkap’ dari lini produk lainnya.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia atau AISI, Rabu 8 Januari 2020, penjualan motor bebek sejatinya terus menurun seiring berjalannya waktu. Di akhir tahun lalu, penyusutannya bahkan menyentuh 14,8 persen, dan hanya menyumbang enam persen dari pasar secara keseluruhan.
Buruknya lagi, penurunan itu menjadi yang terburuk sepanjang 2019 dan yang terendah dibandingkan model lain, seperti matik maupun sport. Bahkan, kenyataan itu kian diperburuk, setelah pada tahun itu tak ada satupun pabrikan yang menghadirkan produk baru di segmen tersebut. Praktis, mereka hanya memberikan sedikit penyegaran tanpa perubahan berarti.
Senjakala motor bebek yang belakangan terjadi di Indonesia tentu membuat kita terheran-heran. Sebab, banyak kalangan beranggapan motor itu memiliki mesin yang awet, serta konsumsi bahan bakar yang irit. Lantas, apa sebenarnya pertimbangan konsumen Tanah Air dalam membeli sepeda motor, sehingga penjualan bebek bisa sedemikian anjloknya?
Pengamat otomotif senior sekaligus dosen Institut Teknologi Bandung, Yannes Pasaribu menyebut, konsumen di dalam negeri masih menjadikan tren sebagai pertimbangan utama membeli sepeda motor. Jadi, kendati bebek terkenal awet dan irit, jika tak banyak yang menggunakannya, maka model itu akan ditinggalkan.
“Konsumen sepeda motor di Indonesia memang tak bisa dipisahkan dengan tren (sesuatu yang belakangan sedang musim),” ujarnya kepada 100KPJ.
Selain itu, secara tak langsung Yannes juga menyebut, transmisi manual yang tersemat di motor bebek juga membuat masyarakat perkotaan enggan menggunakannya di jalanan yang sempit dan padat. Sebab, hal itu dinilai merepotkan. Maka wajar saja, jika skuter matik dijadikan pilihan.
Kemudian, soal tampilan juga masih menjadi masalah. Menurut Yannes, motor bebek yang ada saat ini desainnya hanya begitu-gitu saja, alias monoton. Salah satu cara agar model itu kembali digandrungi, adalah dengan memberi penyegaran baru dengan garis desain tak biasa.
“Jadi orientasinya (secara tampilan) harus ke konsumen dulu, karena kita tahu tren sepeda motor terus berubah-ubah,” kata dia. (re2)
Baca juga: Motor Bebek di Indonesia Cuma Tinggal Menunggu Tamat