100kpj – Dominasi skuter matik di pasar sepeda motor Indonesia, membuat model lain perlahan tersisih. Salah satunya bebek kencang, atau lebih dikenal dengan sebutan motor ayam jago, yang tenar di akhir 90-an, hingga awal 2000-an.
Kala itu, motor bertubuh ramping tersebut banyak dipakai kalangan muda untuk kebut-kebutan, atau sekadar bergaya di hadapan rekan dan juga sosok yang tersayang. Tampilannya yang sporty, membuat siapapun yang menumpakinya terlihat keren dan penuh gaya.
Nah, berhubung saat ini peredarannya tidak banyak lagi, 100KPJ ingin memutar ingatan pembaca ke masa di mana motor tersebut banyak digandrungi masyarakat Indonesia, yakni pada awal 2000-an. Apa saja? Berikut rangkumannya.
Yamaha Tiara
Sebenarnya, Yamaha Tiara pertama kali meluncur pada 1999 di Thailand. Namun, unitnya baru masuk ke Indonesia satu tahun setelahnya. Berstatus impor utuh atau completely built up (CBU), motor ini banyak diminati berkat stang clip-on serta performa semi racing-nya.
Yamaha Tiara menganut mesin dua-tak dengan kapasitas 120cc. Dilengkapi transmisi enam-percepatan dan sistem pendingin udara, motor ini bisa berakselerasi dari nol ke 100 kilometer per jam hanya dalam hitungan 7,5 detik.
Di awal peluncurannya, Yamaha Tiara terbilang mahal. Saat itu, pabrikan membanderolnya di angka Rp24 jutaan.
Honda Nova Series
Honda Nova Series terdiri dari Nova R dan Nova S. Di masanya, penjualan Nova terbilang cukup baik. Peminatnya berasal dari kalangan remaja yang gemar mengulik serta memodifikasi kendaraan. Bahkan, keberhasilan itu membuat Honda memutuskan melahirkan motor empat-tak dengan tampilan serupa, yakni Sonic.
Secara tampilan, Nova tak banyak berbeda dari motor ayam jago kebanyakan. Perawakkannya ramping dengan kepala khas underbone kencang. Salah satu identitas kuat dari motor ini, adalah corak bodinya yang mengandalkan warna oranye dan aksen biru laut.
Honda Nova sendiri mulai sulit ditemukan di lapak dagang online maupun konvensional. Kalaupun ada yang menjualnya, kemungkinan harga yang dipatok cukup tinggi. Sebab, peredarannya di jalan amat terbatas, bahkan hampir tak pernah terlihat lagi.
Suzuki Raider
Motor yang menjadi cikal bakal Satria FU ini sempat menggebrak pasar sepeda motor Indonesia di awal 2000-an. Kala itu, kehadirannya ditujukan untuk mematahkan dominasi Honda Sonic yang lebih dulu memulainya.
Di bagian dapur pacu, motor ini sudah membawa mesin bertipikal empat-tak, dengan kapasitas terbilang lumayan, yakni 125cc. Suzuki Raider pun diklaim mampu menembus top speed hingga kecepatan 135 km per jam.
Sayangnya, usia Suzuki Raider di pasar dalam negeri tidak berlangsung lama. Motor ini berhenti dijual pada penghujung 2004. Maka tak heran, jika keberadaannya terbilang cukup langka.
Kawasaki Leo
Pabrikan Geng Hijau merilis Kawasaki Leo di pasar Thailand dan Filipina pada tahun 1998. Kemudian, Kawasaki Indonesia mendatangkan kuda besi tersebut pada pertengahan 2003.
Kawasaki Leo sendiri hadir dalam beberapa varian. Leo SE menjadi model pertama yang dirilis, kemudian tak lama setelahnya disempurnakan menjadi Leo SR, dan menutupnya dengan tipe Leo SRX.
Meski begitu, ketiganya mengadopsi mesin yang identik, yaitu berkapasitas 118,6cc satu silinder dengan daya puncak 17 PS pada putaran 9.000 rpm. Kawasaki Leo mengakhiri masa baktinya pada akhir 2005.
Kawasaki Athlete
Kawasaki Athlete memulai debutnya pada akhir 2007. Kala itu, motor yang dibekali cakram ganda dan kontruksi sok belakang berbentuk horizontal tersebut, menawarkan pilihan lain pada konsumen, yang ingin menunggangi motor ayam jago tanpa direpotkan kopling.
Secara tampilan, motor ini sebenarnya cukup menarik. Bodinya dirancang mematah dengan titik lekukan yang lebih banyak dibandingkan model ayago kebanyakan. Sayangnya, Kawasaki belum cukup beruntung di segmen underbone. Sebab, sama halnya dengan Leo, Athlete juga tak mampu bertahan lama. (re2)