100kpj – Polusi udara di Jakarta sedang menjadi sorotan belakangan ini, berdasarkan data yang dikutip IQAir, Selasa 22 Agustus 2023, kualitas udara di Ibu Kota dalam kondisi tidak sehat dengan nilai indeks 172, atau PM2.5.
Ada sejumlah faktor yang bikin polusi di Jakarta memburuk, mulai dari pembangkit listrik tenaga uap, atau PLTU, pabrik, serta kendaraan bermotor. Lalu siapa biang kerok, atau penyumbang tertinggi?
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siri Nurbaya Bakar mengatakan, kendaraan bermotor dengan mesin pembakaran menjadi penyebab utama kasus pencemaran udara di wilayah Jakarta.
“Dalam catatan kami ada 24,5 juta kendaraan bermotor pada 2022,” ujarnya dikutip Antaranews, Selasa 22 Agustus 2023.
Berdasarkan data yang dirilis Kementerian LHK, sebanyak 24,5 juta kendaraan bermotor beredar di Ibu Kota, didominasi sepeda motor sebanyak 78 persen, sebagian ada kendaraan pribadi, hingga kendaraan komersial.
Rata-rata pertumbuhan kendaraan bermotor setiap tahun itu mencapai 5,7 persen, atau setara 1,2 juta unit, dan sepeda motor 6,38 persen, atau setara 1,04 juta unit.
Sektor transportasi berkontribusi 44 persen dari penggunaan bahan bakar, posisi kedua ada inudstri energi 31 persen, manufaktur industri 10 persen. Sisanya perumahan 14 persen, dan komersial satu persen.
Artinya emisi karbon yang dihasilkan motor lebih tinggi dari mobil dengan mesin bensin, solar, baik kategori penumpang, dan niaga. Di luar itu, penyebab polusi udara makin buruk karena musim kemarau, dan pabrik.
Dari data Kementerian LHKP, kendaraan bermotor atau dari sektor transportasi secara total menyumbang emisi sebesar 96,36 persen, atau 28,317 ton per tahun, disusul PLTU 1,76 persen atau 5.252 persen per taun.
Sedangkan manufaktur industri 1,25 persen, atau 3.738 ton per tahun. Melihat data tersebut, tidak heran jika pemerintah gencar mendorong masyarakat untuk berlaih ke kendaraan listrik berbasis baterai.
Namun sayangnya masih ada sejumlah kendala untuk menarik minat warga beralih ke motor, atau mobil tanpa emisi tersebut. Diantaranya kondisi infrastruktur belum memadai, harga jual yang masih tergolong mahal, dan lain-lain.