Selama perjalanan di Pulau Dewata, permukaan jalan yang kami lewati cukup beragam. Ketika bertemu jalanan sedikit rusak, seperti bebatuan, dan konblok ayunan suspensi Grand Filano tidak terlalu keras, atau pun lembut.
Rebound shockbraker tunggal di belakang kami rasa cukup cepat, saat meredam guncangan. Berbeda dengan suspensi depan model teleskopik di depan yang lebih lembut ketika melewati jalanan bergelombang.
Namun saat bermanuver, handling Grand Fiilano tergolong nyaman berkat jarak poros roda depan ke belakang 1.280 mm, kompak dan cukup gesit. Ditambah roda depan dan belakang berukuran 12 inci dibalut ban 110/70.
Tapi kami merasakan tarikan Grand Filano dari putaran bawah tidak terlalu responsif, tenaganya lebih bertahap, atau gradual. Tidak heran jika hal itu terjadi, karena di atas kertas bobotnya lebih berat 5 kilogram dari Fazzio.
Bukan hanya itu, meski secara basik mesin serupa namun performonya dibuat berbeda. Mesin 124,86cc SOHC yang bersarang di Grand Filano memiliki tenaga maksimal 8,1 dk di 6.500 rpm, dan torsi puncak 10,4 Nm di 5.000 rpm.
Sedangkan di Fazzio, enjin tersebut dapat menyemburkan tenaga sedikit lebih besar, yaitu 8,3 dk di 6.500 rpm, dan torsi 10,6 Nm di 4.500 rpm.
Meski begitu, mesin yang dilengkapi teknologi semi hybrid itu memberikan efisiensi yang sangat baik. Di dalam enjin satu silinder itu terdapat fitur SMG, atau Smart Motor Generator.