100KPJ

Telan Uang Banyak, Begini Nasib Mobil dan Motor Listrik Budi Luhur

Share :

100kpj – Universitas Budi Luhur salah satu perguruan tinggi yang fokus melahirkan kendaraan ramah lingkungan. Gebrakan awalnya melalui Blits, mobil listrik bergaya off road hasil kolaborasi ITS (Institut Teknologi Sepuluh Nopember).

Kemudian Budi Luhur kembali melahirkan deretan motor bertenaga listrik, dengan menggandeng Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Sementara sosok desainernya adalah Atenk dari bengkel custom Katros Garage.

Deretan sepeda motor pelahap seterum yang dibuat dari hasil kolaboras itu adalah BL-SEV01, BL-40, dan BL-CEV01. Ketiga mengusung model berbeda-beda, khusus untuk SEV01 dilahirkan sebagai motor sport pelahap seterum untuk balap.

Sehingga desainnya dibuat agak sporty meski mirip café racer. BL-SEV01 dibekali dinamo atau sumber penggerak berdaya 96 volt, dan baterai 48 Ah. Sehingga dapat menyemburkan tenaga maksimal 16 kilowatt, atau setara 21,4 daya kuda.

Demi menjaga kestabilan arus listrik, terdapat sistem kontrol 200 ampere. Sehingga BL-SEV01 mampu menempuh jarak 135 kilometer, dan hanya membutuhkan waktu empat jam untuk pengisian baterai dari kosong sampai 100 persen.

Motor sport ramah lingkungan itu sudah melewati pengujian hingga dua kali di Sirkuit Sentul, demi mendapatkan performa terbaik, dan handling yang sesuai. Seperti yang disampaikan Kepala Pusat Studi Kendaraan Motor Listrik Universitas BL, Sujono.

Pengujian dilakukan selama 10 putaran, menurutnya berkat ubahan kaki-kaki, knerjanya menjadi lebih maksimal, dari uji coba pertama. “Kecepatannya menjadi 135 per jam, dari sebelumnya hanya 100 km per jam,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Bicara soal biaya, Ketua Badan Pengurus Harian, Yayasan Universitas Budi Luhur, Kasih Hanggoro mengatakan, pengembangan motor listrik memakan Rp400 jutaan. Berbeda dengan mobil Blits yang nominalnya hingga miliaran rupiah.

Lantas apa tujuan akhir dari pembuatan kendaraan listrik tersebut? 

Lebih lanjut Kasih Hanggoro menjelaskan, biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan mobil, atau motor listrik murni dari yayasan tidak ada perusahaan dari luar. Dan tujuan tempat pendidikan bukan sebagai manufaktur, tapi hanya riset.

Menurutnya, fungsi utama sebuah unversitas adalah menjadi tempat riset bagi sebuah produk masa depan. Lain halnya jika ada investor tertarik untuk melakukan produksi kendaraan iistrik buatan Budi Luhur untuk dijual komersial.

“Jadi kalau ditanya mau dikomesialkan enggak? Nunggu ada investor yang mau. Kalau di kampus, nanti kita pecah antara mau jadi pedagang atau mau risetnya. Kalau mau hubungannya kita riset, ada investor jalan,” ujarnya saat ditemui di Budi Luhur, Senin 10 Mei 2021.

Menurutnya, motor listrik yang sudah mendapatkan lirikan dari salah satu orang yang terlibat dalam pembuatan mobil perang PT Pindad. Namun belum ada perbincangan lebih mendalam, terkait rencana produksi massal.

“Produk-produk buatan mahasiswa ini juga sedang diusahakan akan mendapatkan lisensi dan dijual ke publik, atau layak jalan. Tapi bukan menjadi manufacturing (kampusnya),” katanya

 

Share :
Berita Terkait