Sementara sang ibu berjualan kue, kerupuk dan terasi. Jiwa pejuang Mayjen Dudung memang sudah diasah sejak kecil, dengan membantu ibunya berjualan dan menjadi loper koran semasa dirinya sekolah di SMA.
Dia juga bertugas untuk mengantarkan kue klepon bikinan ibunya yang dititipkan ke kantin Kodam Siliwangi setiap hari. Suatu hari, dirinya bertemu tentara dan kue kleponnya ditendang oleh tentara tersebut hingga berantakan.
Momen tersebut yang membuat dirinya termotivasi, untuk menjadi seorang anggota TNI dan menjadi seorang perwira. Usai lulus SMA, dirinya memutuskan untuk mendaftar Akabri Darat yang perlu pendidikan hingga tahun 1988. Pendidikannya tersebut membuatnya mendapatkan pangkat Letnan Dua.
Sejak itu proses perjalanan karirnya di TNI dimulai, hingga saat ini dirinya menjadi seorang Pandam Jaya. Kehidupan sederhana sejak kecil ternyata tidak berubah ketika dirinya saat ini menjadi seorang pejabat tentara.
Hal tersebut terbukti dari isi garasi rumahnya yang tidak terdapat mobil atau motor mewah. Menurut data dari Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara yang dilaporkan Maret 2020 ketika dirinya masih menjabat sebagai Gubernur Akmil, Mayjen Dudung hanya memiliki total harta kekayaan senilai Rp610 juta.
Dari total hartanya tersebut, hanya senilai Rp210 juta berupa alat transportasi dan mesin seperti koleksi mobil. Kendaraan yang terdapat pada garasi rumahnya Mayjen Dudung hanya ada dua, satu unit mobil dan satu unit motor.