“Jadi, hal yang kita fokuskan adalah bagaimana menjamin keselamatan operator pabrik dan bagaimana produksi tetap berjalan di tengah pandemi corona yang masih berlangsung,” sambungnya.
Dengan begitu, kata Abdul, pemantauan lini-lini produksi pabrik otomotif tidak perlu lagi dilakukan secara langsung di lapangan, tetapi bisa dari jarak jauh. Tentu saja hal tersebut sejalan dengan penerapan protokol kesehatan atau prokes yang berlaku di Indonesia. Sehingga, produksi bisa tetap jalan dan keselamatan karyawan tetap terjaga.
Abdul menambahkan, sejauh ini sudah ada satu merek otomotif asal Jepang di Indonesia yang sedang menjajaki penggunaan teknologi tersebut. Namun, dia mengaku masih belum bisa bicara lebih jauh.
“Sudah diterapkan di salah satu pabrikan otomotif Jepang, kami belum berhak mengatakan perusahaannya apa, namun yang jelas sudah ada,” kata dia.
Sementara untuk perusahaan otomotif yang berminat mengadopsi Nexeed IAS bisa segera menghubungi pihaknya untuk dilakukan sejumlah pengecekan kesiapan atau readiness assessment.
“Berapa biaya yang perlu dikeluarkan? Pertama, harus menyesuaikan kesiapan mereka (pabrikan otomotif) dalam bertransformasi digital bagaimana, jadi dilakukan assessment dulu, konsultasi, sebelah mana yang mau dilakukan upgrade,” kata dia.