100kpj – Mulai hari ini, Pemerintah Provinsi atau Pemprov DKI Jakarta mulai memberlakukan aturan ganjil genap di 25 ruas jalan di Ibu Kota. Imbasnya, banyak masyarakat yang kemudian beralih menggunakan transportasi umum. Salah satunya bus TransJakarta,
Disitat dari akun Twitter resmi Transjakarta, Senin 3 Agustus 2020, terpantau sejumlah halte mulai didesaki penumpang. Bahkan, di halte Harmoni menuju Blok M terlihat cukup ramai, namun masih ‘disekat’ dengan batas tertentu.
Bukan hanya di halte Harmoni, melalui keterangan yang sama, sejumlah halte di Grogol, Kalideres, dan Pulogadung juga mulai ramai penumpang. Terkait hal itu, pihak Transjakarta memastikan, bakal menjaga situasi tetap kondusif dan meminta seluruh penumpang mematuhi protokol yang berlaku.
“Sebagai upaya kita untuk sama-sama melindungi kesehatan diri di tengah pandemi Covid-19, para pelanggan wajib mengenakan masker dan juga jaga jarak. Masker yang digunakan harus menutupi mulut dan hidung. Pastikan tidak ada cela antara wajah dan makser,” tulis mereka melalui akun @PT_Transjakarta.
Diketahui, keputusan pemprov DKI kembali memberlakukan gage di Ibu Kota, mengacu pada Peraturan Gubernur atau Pergub Nomor 88 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Nomor 155 Tahun 2018 tentang Pembatasan Lalu Lintas dengan Sistem Ganjil Genap.
Kendati banyak yang mengapresiasi kebijakan tersebut, namun tak sedikit yang berupaya merisaknya. Salah satunya, dokter spesialis penyakit dalam, Dirga Sakti Rambe yang mengaku bingung dengan penerapan gage di tengah pandemi corona.
“Dari perspektif kesehatan, saya tidak paham mengapa Pemprov DKI menerapkan kembali kebijakan ganjil genap. Memang jalanan mulai macet, namun penularan Covid-19 belum terkendali. Penggunaan transportasi umum seharusnya dibatasi,” ujar Dirga melalui akun Twitter-nya.
Baca juga: Jangan Lupa, Hari Ini 25 Ruas Jalan di Jakarta Kena Ganjil Genap
Secara tak langsung, Dirga beranggapan, dengan memberlakukan aturan gage, maka Pemprov DKI sama saja meminta masyarakat menggunakan kendaraan umum. Hal itu, kata dia, justru lebih berbahaya.
“Saya pribadi tidak menganjurkan masyarakat naik kendaraan pribadi selama masa pandemi,” kata Dirga.