100KPJ

Jakarta dan Kota Besar Lainnya Butuh Angkutan Umum Bertenaga Listrik

Share :

100kpj – Demi mengurangi polusi udara yang dicemarkan dari mesin pembakaran kendaraan bermotor, sejumlah pabrikan di dunia memproduksi kendaraan ramah lingkungan. Diantaranya mengusung teknologi hybrid, hingga bertenaga full listrik.

Diketahui, teknologi hybrid biasanya menggabungkan mesin pembakaran dengan motor lsitrik, artinya masih ada emisi yang dihasilkan. Sedangkan kendaraan full listrik tidak menghasilkan emisi karbon, karena digerakkan dinamo.

Namun bukan hanya kendaraan pribadi yang ditawarkan dalam varian hybrid atau full listrik, angkutan umum yang dapat mempaung banyak penumpang juga memiliki teknologi serupa. Mulai dari kereta, hingga bus bertenaga listrik.

Beberapa negara di dunia telah mengalihkan transportasi umum, dari mesin pembakaran menjadi EV (Electric Vehicle). Di Indonesia, Transjakarta sebagai penyedia busway juga sedang melakukan uji coba bus listrik dari Bakeri Autoparts.

Chief Executive Officer Bakrie Autoparts, Dinno A. Riyandi mengatakan, Bakrie Autoparts telah mempersiapkan strategi hingga 10 tahun ke depan. Sebab sejak awal ingin menjadi pelopor industri kendaraan listrik, terutama transportasi umum.

Dinno mengatakan, kebutuhan moda transportasi umum ramah lingkungan, terutama yang mengandalkan energi listrik sebagai penggeraknya itu dibarengi dengan beberapa alasan, yakni tingkat polusi udara di kota-kota besar Indonesia yang sangat tinggi.

Selain itu, Indonesia juga turut menandatangani United Nations Paris Accord tenang Climate Change. Sehingga, kata dia, harus dipastikan bahwa sampai dengan tahun 2025, Indonesia sudah mengimplementasikan minimal 23 persen dari public transport yang berbasis energi terbarukan.

“Terutama di Jakarta mempunyai tingkat polusi yang sangat tinggi. Selain itu, juga menjadi salah satu kota di dunia yang memiliki masalah kemacetan lalu lintas," ujarnya mengutip Viva.co.id.

Diketahui, tingkat polusi udara di Jakarta menjadi salah satu yang tertinggi di dunia. Bahkan yang baru dirilis oleh AirVisual IQAir.com, kualitas udara di Ibu Kota pada 16 Juli 2020 angkanya mencapai 131 US AQI, terbilang cukup tinggi.

Sehingga DKI menjadi kota nomor dua di dunia yang menyumbang polusi udara terbesar di tengah pandemi covid-19. Sementara diurutan pertama kota yang udaranya paling tercemar adalah New Delhi, India yang angkanya 142 US AQI.

Padahal saat penerapan pembatasan sosial berskala besar, serta pemberlakukan bekerja atau belajar dari rumah, kualitas udara di Jakarta di peringkat 38 pada 22 April 2020. Kala itu jumlah kendaraan yang beredar di jalan raya menurun drastis.

Oleh sebab itu penggunaan kendaraan listrik menjadi salah satu solusi untuk meringankan polusi udara di Ibu Kota. Terutama menerapkannya pada transportasi umum, namun karena terganjal isentif maka harga jualnya masih tergolong tinggi.

Direktur Center for Sustainble Infrastructure Development, Universitas Indonesa, Mohammed Ali Berawi mengatakan, electric vehicle akan baik bagi perbaikan kualitas udara, begitu juga saat diterapkan untuk angkutan umum. 

"Harga dan teknologi electric vehicle yang masih lebih mahal dibandingkan model konvensional, maka insentif dan dukungan kebijakan pemerintah sangat diperlukan. Kedepan upaya untuk dapat memproduksi electric vehicle di dalam negeri akan mempercepat penggunaan moda transportasi ini di Indonesia,” ujar pengamat transportasi itu kepada 100KPJ.

 

Share :
Berita Terkait