Terkait maraknya fenomena tersebut, pengamat otomotif senior sekaligus pengajar di Institut Teknologi Bandung (ITB), Yannes Pasaribu sama sekali tak merasa kaget. Menurutnya, banyak produk buatan China yang berlindung di balik embel-embel ‘nasional’ supaya mendapat atensi lebih dari masyarakat Indonesia.
“Sejauh ini, mereka (merek China) menggunakan label ‘nasional’ untuk keperluan branding saja. Mereka kelihatannya mau menjual isu nasionalisme demi keuntungan pribadi,” ujar Yannes melalui sambungan telfon beberapa waktu lalu.
“Hanya China satu-satunya negara yang mau menjual produk tanpa mereknya (white label) ke negara lain untuk nantinya di-relabelling dan dijual sesuai kesepakatan,” kata dia menambahkan.
Baca juga: Kaget Lihat Alphard KW dari China, Murah Banget Harganya
Meski begitu, menurutnya, bukan berarti kendaraan buatan China selalu berkualitas buruk. Sebab, dalam beberapa tahun terakhir, pesona produk buatan mereka kian memikat konsumen. Beberapa nama yang terbukti berhasil adalah Wuling dan DFSK.
“Apalagi mereka berani menjual produk terbaiknya dengan harga terjangkau,” tutup Yannes.